Lihat ke Halaman Asli

Dinoto Indramayu

Belajar, belajar dan belajar....

Cangkir (1)

Diperbarui: 17 Maret 2016   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cerita ini saya sadur dari berbagai sumber….

Alkisah, di sebuah perbukitan terpencil di India tinggalah seorang Biksu Zen yang amat sangat terkenal akan penguasaan ilmunya.  Lintas Negara, menembus benua.  Sampai-sampai, seorang ahli Zen yang telah lama bersarang di atas sebuah menara pun mendengarnya.

Semakin hari, makin banyak saja murid-murid ahli Zen itu yang membicarakan kehebatan Sang Biksu.  Memerahlah telinga ahli Zen setiap mendengarnya, meradang dan sangat penasaran untuk menemui orang yang diberitakan sangat hebat itu.

Semakin hari, makin banyaklah orang yang datang ke padanya yang membicarakan kehebatan Sang Biksu, membuat dirinya merasa penasaran dengan ilmu yang dimiliki.

Tanpa sepengetahuan murid-muridnya, beliau terbang ke India.  Menyusuri jalan padat dan perkampungan hingga sampailah di sebuah bukit terjal yang benarr-benar terpencil.  Tidak ada tanda-tanda kehidupan, kecuali sebuah rumah bambu kecil yang atapnya terbuat dari dedaunan.

“Pasti dia tinggal di sini!”  Pikirnya, tanpa ragu beliau memasuki rumah yang tak berpintu itu. 

Suara ramah seorang lelaki membuatnya makin yankin tidak salah alamat, “Silakan duduk.”

Ahli Zen itu pun duduk melantai berhadapan dengan lelaki tua.  Di hadapan mereka ada sebuah teko dan dua cangkir.  Salah satunya, yang tepat di hadapan tamunya, sudah terisi.  Kepulan asapnya terlihat, hangat rasanya.

“Sungguh hebat orang ini, tahu kalau mau ada tamu yang datang!”  Sekilas terbesit pikiran memuji, tetapi segera dihapus karena dirinya adalah ahli Zen terbaik dan murid berasal dari seluruh penjuru dunia.

Ketika keduanya berhadapan, tanpa diminta oleh Pendeta, ahli Zen menceritakan tentang dirinya yang datang jauh-jauh dari Paman Sam.  

“Saya seorang yang sudah malang-melintang menekuni Zen.  Profesor termuda yang menggeluti kebijakan dan kebajikan Zen dan sudah puluhan tahun mengajarkannya.  Murid-murid saya sudah mencapai ribuan orang yang berasal dari berbagai negara di seluruh dunia.”  Katanya mengawali cerita tentang dirinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline