Tarekat, secara etimologis berasal dari bahasa Arab arqah yang berarti "jalan", "cara", atau "metode", sedangkan secara istilah dalam tradisi tasawuf, tarekat merujuk pada jalan spiritual yang ditempuh seorang salik (penempuh) dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui amalan-amalan batin dan jasmani yang diawasi oleh seorang mursyid (guru rohani).
Dalam praktiknya, tarekat muncul sebagai manifestasi praktis dari tasawuf yaitu dari aspek ajaran kejiwaan Islam dengan mengintegrasikan unsur syariah (ibadah lahir) dan kebatinan (ibadah batin). Sejarah membuktikan bahwa tarekat mulai berkembang sejak masa awal Islam dan semakin tertata ketika para sufi menyusun sistem spiritual dengan silsilah guru-murid yang bersambung hingga kepada Rasulullah SAW.
Salah satu karakteristik penting tarekat adalah adanya komponen struktural seperti mursyid, murid, ritual (dzikir, wirid, khalwat, muraqabah), serta adab murid terhadap guru. Dalam pandangan Prof. Asep Usman Ismail, tarekat memiliki tujuh komponen utama, yaitu: mursyid, murid, talqin (pengajaran), baiat (ikrar kesetiaan), suluk (latihan spiritual), wirid/dzikir, dan adab. Pilar-pilar tarekat juga sering disebut meliputi aspek seperti lapar (mengurangi konsumsi duniawi), uzlah (mengasingkan diri), berjaga (mengurangi tidur), dan sedikit bicara, sebagai bentuk upaya pengendalian diri dan penyucian jiwa.
Tujuan utama dari tarekat adalah menyucikan jiwa (tazkiyah al-nafs), menundukkan hawa nafsu, menguatkan kesadaran spiritual (mu'rifah), dan akhirnya mencapai kedekatan atau wushl kepada Allah SWT. Dalam kesejalanannya, tarekat telah berkontribusi secara signifikan dalam pembentukan moral masyarakat, penyebaran Islam di berbagai wilayah, serta membangun komunitas rohani yang memupuk kepedulian sosial dan bimbingan spiritual.
Namun demikian, tidak semua praktek yang mengatasnamakan tarekat diterima sebagai tarekat yang sah (mu'tabarah). Suatu tarekat disebut mu'tabarah jika ajarannya tetap berakar pada Al-Qur'an dan Sunnah, memiliki sanad (rantai guru yang jelas), serta tidak menyimpang ke praktik-praktik yang bertentangan dengan syariat. Dengan demikian, dalam era modern, tarekat tetap relevan sebagai jalan spiritual yang dapat memberi keseimbangan antara eksistensi materi dan jiwa, selama dikontrol dan diinternalisasi dalam kerangka akidah dan syariat Islam.
Sumber
https://www.harakatuna.com/mengenal-makna-tarekat-dalam-tasawuf.html
Qoriah A. Siregar, Tasawuf dan Tarekat (Dimensi Esoteris Ajaran Islam), Journal article // Jurnal Sosioteknologi, 2012
K.H. A. Aziz Masyhuri, Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat dalam Tasawuf, IMTIYAZ Surabaya, Juli 2011 https://nu.or.id/pustaka/menimbang-sejarah-dan-ajaran-tarekat-XCH8r?utm
M. Tatam Wijaya, Kenali 7 Komponen Utama Tarekat, Oktober 2022 https://nu.or.id/tasawuf-akhlak/kenali-7-komponen-utama-tarekat-qJo25?utm
Alhafiz Kurniawan, Mengenal Tarekat: Jalan Spiritual Menuju Hadirat Ilahi, September 2024 https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/mengenal-tarekat-jalan-spiritual-menuju-hadirat-ilahi-FY2WJ?utm