Lihat ke Halaman Asli

Iwan

Ketua RW periode 2016 - 2026

Anaxagoras dari Klazomenai dalam pola geometri takdir Allah

Diperbarui: 3 September 2025   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Anaxagoras dari Klazomenai (sekitar 500--428 SM) dalam Pola Geometri takdir Allah

"Segala sesuatu mengandung bagian dari segalanya."
"Nous (Akal Semesta) mengatur dan memisahkan semuanya."

Anaxagoras memperkenalkan sebuah pendekatan baru dalam menjelaskan realitas alam. Tidak lagi hanya terpaku pada empat unsur dasar seperti yang diajarkan Empedokles (tanah, air, api, udara), ia berbicara tentang "spermata" --- benih-benih kecil dari segala sesuatu yang telah bercampur sejak awal. Dalam pandangannya, setiap benda mengandung bagian dari segala hal: dalam sepotong roti, misalnya, ada benih daging, tulang, air, api, dan seterusnya --- hanya saja, dalam kadar berbeda.

Menurut Anaxagoras, perbedaan antara segala hal di dunia ini bukan karena adanya unsur baru atau mutlak, tetapi karena dominasi satu jenis benih atas benih lainnya. Oleh karena itu, tidak ada penciptaan atau kehancuran mutlak; yang ada hanyalah proses pemisahan dan pengumpulan kembali.

Namun, yang paling luar biasa adalah keberanian Anaxagoras untuk mengajukan satu kekuatan non-material yang mengatur segala pergerakan dan pemisahan ini. Ia menamainya Nous --- akal semesta, atau kecerdasan kosmis. Bagi Anaxagoras, Nous bukan bagian dari benih-benih itu, melainkan entitas yang murni, mandiri, dan tidak tercampur dalam dunia fisik. Nous adalah pemula gerakan, pengatur tatanan, dan penentu arah.

Analogi Rubik Takdir

Bayangkan sebuah Rubik: setiap kepingnya, kata Anaxagoras, sebenarnya memiliki potensi semua warna. Tapi satu warna mendominasi, sehingga kita mengenalinya sebagai sisi merah, biru, hijau, dan sebagainya.

Pergerakan Rubik itu sendiri terjadi bukan secara acak, melainkan karena ada Nous --- kekuatan cerdas yang menyusun, memisahkan, dan menyatukan warna-warna itu sehingga membentuk pola dan makna.

Sebagai bagian dari kepingan Rubik, kita tidak dapat melihat bentuk keseluruhan. Tapi Nous tahu segalanya dan mengatur gerak dengan presisi dan maksud. Tidak ada gerakan yang sia-sia; semua dalam irama keteraturan yang terencana.

Transisi Menuju Kecerdasan Ilahiah

Anaxagoras membawa kita dari sekadar pengamatan terhadap benda-benda fisik menuju sebuah kesadaran tentang tatanan yang cerdas di baliknya. Di sinilah awal mula filsafat mulai menyentuh ide tentang logos, akal Tuhan, bahkan kelak berkembang dalam tradisi agama sebagai wahyu dan hikmah ilahi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline