Ada suara sunyi dalam diri yang bertanya: apakah kita masih ditakdirkan untuk terus bergerak, atau hanya sedang menunda kenyataan bahwa waktu memang tak bisa dikalahkan, menjadikan diri untuk diam selamanya?
Valentino Rossi telah pensiun, namun bayang-bayang kejayaannya masih membekas di setiap tikungan sirkuit. Marc Marquez, yang kini berusia 32 tahun dan menjadi pembalap tertua kedua di MotoGP, justru tengah membuktikan bahwa usia bukan penghalang untuk tetap mendominasi. Di tengah gempuran pembalap muda, Marquez seperti orang Bugis yang tetap mengangkat layar meski badai datang dari segala arah. Semangatnya mencerminkan filosofi reso temmangingngi naletei pammase dewata---kerja keras takkan mengkhianati restu Tuhan. Tapi di relung batinnya, mungkin Marquez bertanya: apakah aku masih pemburu podium---atau hanya bayangan dari kejayaan yang belum rela pergi?
Setiap pembalap punya garis akhir, tapi tak semua tahu kapan harus berhenti. Marquez tetap melaju, bukan karena tak tahu lelah, tapi karena belum rela kehilangan identitasnya. Seperti hidup itu sendiri, kadang kita terus berjalan bukan karena yakin akan menang---melainkan karena takut menghadapi sunyi setelahnya.
Dalam kecepatan dan kesunyian itu, barangkali Marquez, dan kita semua sedang mencari jawaban paling jujur tentang arti sebuah kehidupan
# kontemplasi senja
#celoteh Didin Alfaizin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI