Lihat ke Halaman Asli

Keindahan Kota Cirebon-Kuningan vs Calon "Broadcaster" Muda

Diperbarui: 22 Mei 2018   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Petualangan baru seorang calon Broadcaster. Pada kamis 03 Mei 2018, kampus Akademi Televisi Indonesia (ATVI) menyelenggarakan kegiatan rutin setiap tahun pada Mahasiswa semester 2 yaitu Hunting Fotografi.

Kegiatan Hunting Fotografi ini merupakan ajang pembelajaran bagi setiap Mahasiswa untuk bisa mengenal lingkungan luar lebih luas, seluruh  Mahasiswa yang mengikuti kegiatan tersebut di tuntut untuk bisa peka terhadap lingkungan Masyarakat, fokus terhadap objek foto yang diambil, bisa berkomunikasi dengan baik dan mencari informasi di setiap tempat yang di jejakinya. Perjalanan kali ini Mahasiswa ATVI menggunakan jasa travel dari Kedai Travel untuk memandu perjalanan selama di Cirebon dan Kuningan.

Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan, merupakan 2 kota yang akan di jelajahi oleh Mahasiswa ATVI. Kota cirebon bagi beberapa orang dikenal dengan Kota Ziarah, belum banyak yang tahu tentang keindahan alam dan pariwisata di sana. tapi itulah tantangan untuk seorang calon Broadcaster, memberi informasi bahwa Kota Cirebon merupakan Kota indah yang tidak boleh dilewatkan bagi para wisatawan.

Selama 4 hari 3 malam seluruh Mahasiswa ATVI Semester 2 akan berjelajah mengelilingi Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan, dengan peralatan seperti Kamera, Tripot, Lensa dll Mahasiswa ATVI siap menjalankan tugasnya selama di sana, perjalanan dari Jakarata ke Cirebon menggunakan Kereta Api Indonesia Argo Muria Kelas Eksekutif (Stasiun Gambir – Stasiun Cirebon). Selama di Cirebon kita menginap di Hotel Ibis Budget.

Lokasi pertama yang akan dijelajahi adalah Taman Budaya Hati Tersuci, yang berada di Jalan Dukuh Semar No 34, kecapi, kesambi, Kota Cirebon. Taman Budaya Hati Suci merupakan salah satu destinasi wisata rohani yang ada di Cirebon, di sana juga terdapat Gereja Santa Maria dan Taman Do’a Bunda Maria yang berfungsi untuk beribadah umat Katolik.

Dokpri

Di sana banyak relawan yang dengan suka rela mengurus Gereja dan Taman Budaya ini, salah satunya Bapak Wempi, beliau menceritakan tentang aktifitas di dalam Taman Budaya, dari mulai melayani pengunjung, memfasilitasi orang yang datang untuk beribadah, menjaga tempat peribadahan dll.

Bukan hanya orang  yang beragama Katolik saja yang boleh masuk tapi juga dari semua agama, suku dan budaya, Taman Budaya ini sangat terbuka untuk siapapun yang ingin sekedar berwisata atau berdo’a. Pak Wempi menceritakan, ada 3-4 orang remaja yang setiap malam jum’at selalu datang berkunjung ke Taman Do’a Bunda Maria, menurut penuturan pak Wempi, Remaja tersebut ternyata beragama Islam, mereka datang ke Taman Budaya untuk mencari sosok Siti Maryam yang merupakan Ibu dari Nabi Isa a.s. Menurut remaja tersebut sosok Siti Maryam ini ada  pada patung  Bunda Maria yang merupakan ibu dari Yesus.

Lokasi kedua ini merupakan salah satu tempat sakral di Cirebon, yaitu Keraton Kesepuhan yang berlokasi di Jalan Kasepuhan No.43, Kesepuhan, Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

Dokpri

Keraton Kesepuhan ini merupakan keraton termegah dan paling terawat di Kota Cirebon. Siapapun yang berkunjung kesana akan dikenalkan sejarah tentang keraton oleh pemandu yang bertugas. Suasana di sana cukup sejuk, banyak pohon-pohon rindang, angin kecil yang meniup-niup, arsitektur kuno yang sangat melekat di setiap bangunan yang berdiri di sana, nuansa putih yang menghiasi dinding-dinding keraton, seakan memancarkan energi positif, kesucian juga kesakralan Keraton Kesepuhan.

 Gerabah Sitiwinangun. Merupakan lokasi ketiga yang akan dijelajahi Mahasiswa ATVI. Gerabah Sitiwinangun ini merupakan sebuah Desa Gerabah di  jalan Moh. Ramdan No.16, Jamblang, Kota Cirebon. Seluruh warganya dahulu adalah pengrajin Gerabah.

Dokpri

Warga disini menjadikan gerabah sebagai mata pencarian utamanya. Membuat gerabah merupakan warisan dari nenek moyang mereka, tapi sangat disayangkan sekarang hanya tersisa 5 blok yang masih aktif membuat gerabah sampai saat ini. Karena efek Modernisasi yang menjadi dampak beralihnya para pengerajin, karena orang dahulu biasa menggunakan gerabah sebagai alat masak, mandi dll, tapi saat ini sudah mulai terganti dengan barang plastik yang lebih ekonimis dan juga lebih mudah digunakan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline