Lihat ke Halaman Asli

Ayu Diahastuti

TERVERIFIKASI

an ordinary people

Romansa Kabut dan Telaga

Diperbarui: 27 Juli 2021   18:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Danau Tondok, Kab. BolTim| dokumentasi Mas Han


Kolaborasi : Mas Han dan Ayu Diahastuti


Pagi masih begitu dini di ujung jemari hari,
waktu pun masih termangu
menunggu gulir detik menyeret detik,
kala kulihat wajahmu hampir menciumku

Aku melayang, terbang meniti aroma langit,
menjatuhkan helai demi helai bening asmaradahanaku, wai telaga

Semesta menuntunku merambat pelan bersama awan,
dalam detak waktu yang menyentuh relung imaji anak manusia

Terdiam aku menunggumu,

Bisu

Sekiranya kumampu mencoba mengeja kata demi kata dalam baitmu
yang selama ini tak mampu kueja, duhai kabut

Hingga datang luruhmu, kini aku kembali mengumpulkan nyali dalam riak tenang dan buih bening bersama angin yang membuaiku.

Telagaku, aku ingin merupa langit yang menyentuhmu, menciummu
mengeja angin yang meniup menjadi
nafas yang berhembus ke bumi

Pelan, menghidupkan riak teduhmu menjadi buih lautan,
membawa berjalan bersama cakrawala jingga yang menyatukan kita dari pagi hingga layung senja tiba

Engkau teruna kabut, yang meluruh menjadi embun bening, kini hidupi telagaku, layaknya nafas langit menyatu dalam tubuh bumi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline