Pendidikan karakter merupakan bagian fundamental dari proses pendidikan, khususnya pada anak usia dini. Karakter yang baik seperti tanggung jawab, kejujuran, disiplin, dan kerja sama merupakan fondasi penting dalam membentuk pribadi yang utuh. Dalam konteks Indonesia, pendidikan karakter menjadi fokus utama seiring dengan upaya pemerintah dalam membangun revolusi mental melalui program Nawacita.
Namun, kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup menyebabkan pergeseran nilai di kalangan anak-anak, termasuk hilangnya minat terhadap permainan tradisional yang termasuk nilai budaya dan moral. Untuk menjawab tantangan tersebut, sebuah model pendidikan karakter dikembangkan melalui pendekatan inovatif yang menggabungkan permainan tradisional dengan metode Socrates.
Metode Pendidikan: Socratic dan Permainan Tradisional
Metode Socratic adalah pembelajaran yang mendekati dan menekankan pada dialog terbuka melalui pertanyaan-pertanyaan kritis untuk mendorong berpikir secara mendalam. Saat dikombinasikan dengan permainan tradisional, metode ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memungkinkan anak-anak untuk merefleksikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam aktivitas bermain mereka.
Dalam metode Pendidikan tersebut, ada beberapa tahapan pembelajaran yang dirancang ;
i. Tahap Inisiasi -- Mengenalkan permainan, membentuk kelompok, dan menyampaikan tujuan kegiatan.
ii. Tahap Transisi -- Guru mengajukan pertanyaan awal untuk menstimulasi pemahaman siswa mengenai aturan dan tantangan permainan.
iii. Tahap Pekerjaan (Kerja) -- Siswa bermain secara aktif, kemudian mengidentifikasi dan menganalisis nilai karakter yang muncul dalam permainan, seperti kejujuran, sportivitas, dan tanggung jawab.
iv.Tahap Terminasi (Penutup) -- Siswa melakukan refleksi, diskusi, dan menyusun rencana perbaikan sikap berdasarkan pengalaman bermain.
Hasil dan Dampak
Metode ini telah diujikan pada 26 siswa sekolah dasar, dan telah dinyatakan "sangat tepat" oleh lima pakar pendidikan dengan skor rata-rata 4.27 dari 5. Evaluasi menunjukkan bahwa siswa dapat memahami serta mengidentifikasi nilai-nilai karakter seperti tanggung jawab, kerja sama, dan sportivitas. Namun, ditemukan bahwa beberapa siswa belum menunjukkan kejujuran selama permainan, menjadi bahan refleksi penting dalam tahap diskusi.
Contoh nyata yang diangkat dalam jurnal adalah ketika siswa dalam permainan balap karung mengakui adanya kecurangan dari rekan sekelompok demi memenangkan permainan. Situasi ini kemudian digunakan sebagai bahan diskusi untuk memahami pentingnya nilai kejujuran dalam kehidupan nyata.
Relevansi dengan Anak Usia Dini
Metode ini sangat cocok diterapkan sejak usia dini. Anak-anak pada tahap ini sedang dalam masa perkembangan moral dan sosial. Mengintegrasikan nilai-nilai karakter melalui permainan yang anak -anak suka menjadikan proses belajar menjadi lebih alami dan bermakna.
Selain itu, penggunaan permainan tradisional seperti congklak, balap karung, dan egrang juga membantu melestarikan budaya lokal Indonesia yang semakin terlupakan oleh generasi muda. Pendidikan karakter melalui permainan tradisional bukan hanya membentuk sikap positif pada anak, tetapi juga bisa menjadi sarana pelestarian budaya bangsa.
Penutup
Pendidikan karakter pada anak usia dini perlu dilakukan secara terstruktur, menyenangkan, dan bermakna. Metode yang menggabungkan permainan tradisional dengan metode Socratic terbukti efektif dalam menanamkan nilai-nilai karakter penting. Selain itu, pendekatan ini sangat mendukung pelestarian budaya nasional dan memperkuat identitas bangsa sejak dini.
Metode ini diperlukannya dukungan dari semua pihak, seperti orang tua, guru, masyarakat, maupun lingkungan sekitar, agar pendidikan karakter dapat diterapkan secara konsisten. Dengan demikian, diharapkan generasi muda Indonesia tumbuh menjadi pribadi yang berintegritas, berpikir kritis, dan berjiwa sosial tinggi.
______________
Referensi Utama:
Hafina, A., Nur, L., & Malik, A. A. (2022). The Development and Validation of a Character Education Model Through Traditional Games Based on the Socratic Method in an Elementary School. Cakrawala Pendidikan, 41(2), 404--415. https://doi.org/10.21831/cp.v41i2.46125:contentReference[oaicite:0]{index=0}
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI