Lihat ke Halaman Asli

Nahariyha Dewiwiddie

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pembelajar

Guru, Antara Idealis, Realistis, dan Kapitalis

Diperbarui: 25 November 2021   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: borna.news

Coba kalian hitung, ada berapa guru-guru yang hatinya tulus di dunia ini?

Hmmm, kayaknya kalian harus sadar, deh. Walaupun setiap pekerjaan tentu ada tujuannya, faktanya, tak semua guru itu ikhlas, kok. Ada motif tertentu yang menjadi  prima causa di balik perwujudan kalian menjadi seorang guru.

Okelah, tak bisa dipungkiri kalau guru adalah aktor penting yang membuat otak dan akhlak kalian menjadi cerdas, berkelas, dan berkualitas. Woow, kalau sebanyak itu berhasil dipoles semenjak dini, berapa banyak kebaikan yang bakal mengalir untuk bekal nanti, ya gak?

Namun, lihatlah apa yang terjadi pada masa kini. Gak mungkin para guru punya niat yang sama!

Ketika sudah lulus dari S1 Keguruan, kalian mau yang mana dulu? 

Sebagian orang memulai dari bawah dulu, jadi guru honorer, guru bantu, atau semacamnya lah. Ada juga yang menjadi guru relawan di daerah-daerah perbatasan dan terpencil.

Kalau (seandainya) ditanya: "Kenapa ya kalian mau jadi guru seperti ini, padahal gajinya kecil, bahkan tak dibayar?"

Jawabannya, ada yang jawab karena panggilan hati nurani. Ada pula yang ingin memajukan pendidikan di tanah airnya sendiri. Sebagian lagi menjawab karena ingin membagi ilmunya pada anak negeri.

Hmmmh, idealis sekali. Seperti penulis yang rela tak dibayar dengan materi. Tentu tujuannya karena berbagi!

Akan tetapi, kalau ada jalur lain, yakni jadi PNS, pasti bakal pilih itu. Yakin!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline