Bagi sebagian kecil kalangan, makanan hanya sesuatu yang bisa dimain-mainkan untuk keuntungan golongan mereka. Namun, bagi sebagian orang, terutama mereka yang bijak, makanan adalah sesuatu yang harus diperlakukan dengan hormat. "Jangan sia-siakan makanan", itulah inti pesan dari film dokumenter berjudul Mottainai Kitchen yang dirilis tahun 2020.
Film diawali dengan perkenalan sosok David Gross, seorang aktivis makanan lingkungan dari Austria. Ia bersama kawan-kawannya melakukan kampanye melawan sampah makanan selama bertahun-tahun di berbagai negara. Hal ini dikarenakan ia menemukan fakta bahwa sepertiga makanan yang diproduksi di seluruh dunia terbuang sia-sia.
Ketika berkeliling Jepang bersama Tsukamoto Nikki, ia menemukan frase menarik berkaitan dengan makanan yaitu "mottainai" yang artinya sayang sekali. Frase ini juga bisa berarti solusi kreatif.
Jepang sendiri karena ada banyak tempat seperti supermarket dan restoran yang berfokus pada kesegaran makanan, maka menghasilkan sampah makanan dalam jumlah besar. Ada juga sisa makanan karena beberapa pabrik memproduksi makanan berlebih karena was-was terkena biaya penalti yang besar jika waktu dan kapasitas pesanan tidak terpenuhi.
David dan Nikki bersama Rumi berkeliling Jepang menemukan berbagai ide dan inovasi melawan sampah makanan (dok. JFF Theater)
Menurut Rumi Ide, pakar sampah makanan Jepang, Jepang membuang sekitar 6.43 juta ton makanan tiap tahunnya. Itu kira-kira setara dengan satu nasi kepal alias 139 gram per orang dan per harinya. Lantas bagaimana jika setiap orang membuang makanan lebih banyak?
Di Jepang sendiri sudah ada pusat pengolahan daur ulang makanan (Japan Food Ecology Center), misalnya ada di Kanagawa Prefecture. Di sini diolah 32 ton sampah makanan tiap harinya. Kebanyakan dari sisa pabrik, supermarket, dan toserba. Setelah disterilkan dan difermentasi, sampah tersebut diolah menjadi pakan ternak.
"Mendaur ulang sampah itu bagus, tapi mengurangi lebih baik." Begitu pesan yang didapatkan David dari kunjungannya ke fasilitas daur ulang sampah tersebut.
Salah satu sumber sampah adalah toserba 24 jam. Mereka bisa membuang 181.437 ton makanan per tahunnya. Sampah makanan tak bisa dihindari karena kesegaran makanan begitu dipuja di Jepang. Apabila tanggal kadaluarsa makanan diragukan, maka itu termasuk tindakan tercela. Jangan sampai ada bakteri berbahaya ada di produk makanan.
Sampah toserba yang masih bisa diolah seperti terung, tahu, kubis dan lainnya kemudian diolah Nikki dkk menjadi patty vegan. Bagi Nikki itu adalah seni dan kreativitas tersendiri dalam memanfaatkan sampah makanan. "Kau merasa seperti menyelamatkan sesuatu yang akan dibunuh."