Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Blogger Pun Ambil Bagian dalam Gerakan Semesta Pendidikan

Diperbarui: 29 Mei 2016   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Blogger yang Juga Netizen Bisa Terlibat Aktif dalam Gerakan Semesta Pendidikan dengan Menyebarkan Artikel dan Status di Media Sosial yang Bermanfaat dan Positif (dokpri)

Pada hari pendidikan nasional tahun 2016, ada gerakan menarik yang dicanangkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, yakni pendidikan sebaga gerakan semesta. Berdasarkan gerakan tersebut setiap elemen bangsa bisa terlibat dalam gerakan yang dilandasi filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, termasuk para blogger.

Belajar memang bisa didapatkan dari mana saja, baik secara formal di sekolah maupun non formal di segala hal yang ada di sekeliling kita. Dari lingkungan sekeliling kita bisa belajar banyak hal yang mengandung nilai-nilai pancasila seperti menyaksikan betapa semangatnya mereka yang bekerja bakti membersihkan saluran air tanpa mengeluh, melihat di jalanan orang-orang yang bersemangat dalam penggalangan dana bagi daerah yang mengalami bencana alam, atau saat berkendara umum dan melihat seseorang yang langsung memberikan tempat duduknya ke penumpang lansia.

Menurut saya hal-hal di atas merupakan contoh praktik langsung atas pengamalan nilai-nilai Pancasila yang ada di sekeliling kita. Tanpa dipaksa dan secara alamiah masih banyak orang baik di Indonesia yang memberikan teladan kepada generasi muda bagaimana bersikap baik kepada sesama dan lingkungan hidup, serta berkontribusi bagi kemajuan daerahnya.

Saat ini memang banyak elemen masyarakat yang tanpa disadari telah terlibat dalam gerakan semesta pendidikan. Mereka menerapkan dalam sehari-hari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarsa sun tuladha(di depan memberi teladan), ing madya mangun karsa (di tengah memberi semangat/bimbingan) dan tut wuri handayani(di belakang memberi dorongan)

Jika gerakan semesta pendidikan ini terus disebarkan dan dalam hati ada muncul kesadaran bahwa tindakan dan pikiran kita bisa mempengaruhi orang lain termasuk bisa dicontoh kalangan yang lebih muda, maka setiap orang akan lebih berhati-hati dalam bersikap dan mencoba berperilaku baik dalam setiap kesempatan. Jika kebiasaan baik terus dilakukan maka akan menjadi bagian dari kepribadian orang tersebut sehingga tanpa disadari ketika orang tersebut masuk dalam gerakan semesta pendidikan maka ia juga belajar berproses menjadi lebih baik. Seperti guru kita pernah mengatakan bahwa ketika berbagi ilmu di saat itulah kita juga belajar dan mendapat manfaat.

Nah dengan pertumbuhan teknologi digital, tidak dipungkiri banyak netizen yang menambah ilmu dengan membaca berbagai hal di dunia maya, baik di website, blog pribadi, maupun di berbagai forum. Sehingga lingkup gerakan semesta di sini bagi saya bukan hanya dari sesuatu yang nampak tapi juga hal-hal yang berada di dunia maya.

Saya juga termasuk yang suka menambah wawasan dengan membaca berbagai hal, baik dari segi keilmuwan maupun hal-hal yang merupakan minat seperti kisah-kisah imajinatif untuk memupuk daya kreatif. Saya yakin ada banyak kalangan, termasuk adik-adik yang masih duduk di bangku pelajar maupun mahasiswa yang juga menambah wawasan dan pengetahuan di sekolah dengan menjelajah dunia maya. Ada juga yang mengerjakan pekerjaan rumah dengan menggunakan bantuan internet. Juga ada anak-anak muda yang mengidolakan seseorang lewat tulisan atau kultwitnya yang tersebar di dunia maya.

Namun sayangnya tidak semua konten digital itu bersifat positif. Masih ada konten negatif seperti yang bersifat menghasut, ada yang suka mengadu domba dan melontarkan artikel provokatif dengan isu SARA, dan banyak pula yang mencaci maki di forum-forum atau komentar di artikel portal berita maupun di blog seseorang. Era kebebasan masih banyak dianggap kebebasan tanpa batas dalam melontarkan pendapat sehingga tak heran jika banyak yang mencaci maki di twitter dengan kata-kata kasar. Konten negatif dan kata-kata kasar jika selalu eksis dan ada tiap hari maka dianggap sebagai hal yang lumrah bagi generasi muda.

Bagi saya sebagai seorang blogger dan netizenmaka bisa mengambil bagian dalam gerakan semesta dengan royal berbagi ilmu, baik ilmu yang sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya ataupunpengalamannya dalam berkehidupan seperti yang dilakukan oleh Pak Tjipta dan Bu Lina, serta berbagai kompasianer lainnya. Saya yakin konten-konten itu dibaca oleh netizen lainnya dan sebagian ada yang diserap dan saran-sarannya diikuti.

Sebagai blogger meskipun menulis artikel adalah bebas, namun sebagian dari karya sebaiknya merupakan konten positif yang menyebarkan kebaikan atau membagikan ilmu bermanfaat. Ketika membaca konten positif saya sendiri juga merasa ada hal positif yang tumbuh di dalam diri saya, sehingga saya yakin adik-adik juga akan merasakan efek yang sama ketika membaca artikel positif dan bermanfaat dari para blogger.

Hal-hal positif yang dibagikan oleh blogger juga bisa berupa status dan kicauan positif di facebook, twitter ataupun media sosial lainnya. Cara ia berkomentar dan menjawab komentar juga sebaiknya menunjukkan kemampuannya mengontrol emosinya sehingga misalkan ia berbeda pendapat maka hal itu dilontarkan dengan kata-kata yang etis dan tidak menjatuhkan pribadi yang berbeda pendapat dengan idenya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline