Lihat ke Halaman Asli

Dampak Covid-19 terhadap Perekonomian Jombang

Diperbarui: 24 Januari 2021   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbagai negara mengalami ketidakstabilan di sektor ekonomi akibat krisis yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19, tak terkecuali Indonesia. 

Dosen Magister Ilmu Ekonomi Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang, Dr Junaedi  mengakui, pandemi Covid-19 sangat "memukul" perekonomian nasional. Adanya pembatasan sosial menjadikan aktivitas ekonomi lumpuh, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau pengurangan jam kerja, menyebabkan penurunan pendapatan.

Pendapatan turun otomatis, tingkat konsumsi juga turun. Pertumbuhan ekonomi kita minus sampai minus lima koma sekian persen pada kuartal kedua.

Dijelaskannya, pertumbuhan ekonomi dipicu oleh konsumsi. Apabila konsumsi rumah tangga menurun, secara otomatis pertumbuhan ekonomi ikut menurun. Dalam sisi ekonomi, menurut Junaedi, bantuan yang diberikan pemerintah memiliki tujuan untuk meredam turunnya pertumbuhan ekonomi. 

Pendapatan dan konsumsi turun, mengakibatkan aktivitas produksi tidak berjalan. Junaedi berpendapat stimulus bantuan pemerintah sebagai pelumas menggerakkan roda perekonomian. Meski pergerakannya tidak secepat sebelum pandemi. Hal ini, katanya, membutuhkan waktu.

Sedang menurut Mundjidah wahab, ia mengungkap bahwa sejak berlangsungnya pandemi virus corona, sendi-sendi perkonomian di wilayah yang dipimpinnya sangat terpukul. Sejak muncul wabah corona, sektor Industri Kecil Menengah (IKM) untuk produk makanan mengalami penurunan omzet sebesar 87,02 persen. Lalu, pada sektor IKM untuk produk kerajinan, penurunan omzetnya sebesar 89,13 persen. Mundjidah juga menyebut, adanya penurunan jumlah pedagang di Pasar Citra Niaga, salah satu pasar tradisional di Kabupaten Jombang. Sebelum munculnya wabah Covid-19, jumlah pedagang sebanyak 995 orang. Namun saat ini, hanya ada 547 pedagang. Akibatnya, omzet harian juga mengalami penurunan dari rata-rata Rp 171 juta perhari, menjadi Rp 94 juta perhari.

Bantuan pemerintah, masih menurut Junaedi, bisa meredam perekonomian jangka pendek maupun jangka panjang. Terus menurunnya perekonomian, dapat mengakibatkan adanya resesi ekonomi. 

Dari hasil pengamatannya, bantuan pemerintah selama ini dikatakan cukup efektif untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan meningkatkan produksi. Sedangkan, untuk tepat tidak tepatnya sasarannya, hal itu menyangkut penyaluran pihak atau dinas terkait.

Terkait jenis bantuan tunai dan non tunai, Junaedi menjelaskan bantuan tunai lebih efektif menumbuhkan daya beli dan menggerakkan perekonomian. Karena kebutuhan cenderung pada kebutuhan pangan.

Sedangkan bantuan non tunai pada masyarakat yang benar-benar kalangan bawah seperti sembako, dinilainya cukup membantu. Namun, bantuan non tunai seperti sembako atau bentuk pangan lain pada masyarakat menengah, dia menandaskan, kurang pas.

Junaedi berharap, bantuan pemerintah tersebut tepat sasaran dengan terus melakukan validitas data dan pembaharuan data. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline