Lihat ke Halaman Asli

Denyl Setiawan

aku ingin bercerita

Ketika "Crazy Rich Asians" adalah Kita

Diperbarui: 17 September 2018   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Crazy Rich Asians karya sutradara Jon M Chu (Warner Bros.)

Entah kenapa saya tiba-tiba saja tergelitik dengan film tersebut. Saya jelas tak bermaksud untuk menceritakan apa isi film itu, toh sudah banyak pihak yang melakukan review di berbagai media, baik itu resmi maupun abal-abal. 

Saya justru lebih tertarik dengan komentar para netizen, ketika film itu diparodikan dengan rasa yang sangat Indonesia, kota Surabaya lebih tepatnya. Ini terjadi saat akun twitter @btari_durga mem-posting cuitan-nya pada tanggal 13 september 2018:

Saya bukan follower-nya, tapi saya mendapat tautan itu dari berbagai grup komukasi whatsapp di telepon genggam saya. Lantas saya mencoba berselancar lebih jauh, membaca komentar para netizen. Tertawa? Pastinya, dengan tertahan.

Saya dipaksa tersenyum sendiri dalam perjalanan dari Rawamangun menuju Bintaro dimana saat itu jalanan sepanjang Jakarta Outer Ring Road yang sangatlah tidak bersahabat menjadi tak begitu terasa. Akhirnya saya turut meng-aamiin-kan komentar mereka bahwa ternyata sahabat missqueen can't relate dengan cerita-cerita lucu tersebut.

Apakah berhenti sampai disitu? Ternyata tidak. 2 hari kemudian di tanggal 15 September, situs www.bbc.com Indonesia mengangkat kisah tersebut dalam ranah trendsosial dengan tajuk #CrazyRichSurabayan: Seberapa nyatakan kisah orang-orang kaya Surabaya? Bahkan ekonom INDEF pun mengeluarkan beberapa catatan terkait peta perekonomian kota Surabaya. Data keluaran Badan Pusat Statistik pun digelar dengan benderang. STOP! 

Saya tak hendak bicara ekonomi di sini. Dan seperti kebiasaan saya menulis, kisah di atas hanya sebagai pengantar saja, ilustrasi pembuka, menghadirkan atmosfer, dan menggamit perhatian kalian, karena saya punya kisah sendiri.

Sesungguhnya Crazy "Rich" Asian adalah Kita.

Saya dibesarkan dengan cerita tentang Bawang Merah dan Bawang Putih, ketika Si Merah tak mampu bersaing dengan Si Putih dalam hal apapun, maka sang ibu dari Si Merah akan turun tangan. "Mengondisikan". Sang ibu dengan penuh kasih sayang berupaya sedemikian rupa agar Si Merah tak bermuram durja. Sangat wajar jika seorang ibu sangat menyayangi anaknya kan? 

Bahkan di seberang samudera dimana bahasa mereka berbeda dengan kita, seorang penulis berkisah tentang Cinderella. Bahkan cerita ini diadaptasi dan dibuat filmnya berkali-kali sampai dengan hari ini. 

Kita tentu tahu apa garis besar kisah Cinderella itu? Sang Ibunda sangat menyayangi Anastasia dan Drizella. Dan saya berfikir bahwa sangat wajar apabila Sang Ibunda akan berusaha membahagiakan anak tercinta. Apakah ada seorang ibu di dunia ini yang tak mengharapkan anaknya bahagia? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline