Lihat ke Halaman Asli

Deni Mildan

Geologist

Geologi, Dulu dan Kini

Diperbarui: 17 April 2021   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Plato Terentev from Pexels

"Geologi itu belajar tentang apa ya?"

Pertanyaan di atas kerap kali disampaikan orang-orang beberapa tahun lalu begitu mengetahu saya melanjutkan studi di jurusan Teknik Geologi salah satu universitas negeri di Jawa Tengah. Keilmuan macam teknik sipil, teknik kimia, hukum, ekonomi, dan komputer lebih populer pada saat itu.

Wajar jika kebanyakan orang masih asing dengan geologi. Geografi jauh lebih familiar dibandingkan geologi sehingga orang-orang sering salah mengartikan cakupan keilmuan geologi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring, geologi adalah ilmu tentang komposisi, struktur, dan sejarah bumi. Secara lebih luas geologi mempelajari material penyusun, struktur, sejarah, dan proses-proses yang terlibat dalam pembentukan bumi.

Objek utama dalam keilmuan geologi adalah batuan. Batuan dianggap sebagai "alat perekam alami" yang mencerminkan proses-proses yang terjadi selama pembentukannya, misalnya umur, iklim, dan lingkungan pembentukannya.

Meskipun sudah hadir di Indonesia sejak masa pasca kemerdekaan, pendidikan keilmuan geologi -- sekarang lebih jamak menggunakan istilah teknik geologi -- terbilang kurang populer. Para geologiwan baru benar-benar teruji sepak terjangnya saat kebangkitan dunia pertambangan Indonesia di era 1960an hingga 1980an. Soetaryo Sigit, sarjana geologi pertama Indonesia dari Jurusan Geologi FIPIA UI (sekarnag ITB) merupakan tokoh sentral perkebangan bidang ekstraksi sumber daya alam tersebut.

Karir para ahli geologi sempat terpuruk pada awal Era Reformasi karena kondisi ekonomi dan politik yang kurang stabil. Investor dunia pertambangan yang banyak menggunakan jasa geologiwan tidak berani berinvestasi sebab tidak ada jaminan aset mereka akan aman berada di negeri yang tengah memanas situasinya. 

Memasuki era milenial, geologi kembali dikenal masyarakat luas. Berbeda dengan Era Orde Lama yang mengapresiasi geologi dalam bidang eksplorasi sumber daya mineral dan migas, kali ini geologi populer karena ramainya bencana alam yang melanda negeri.

Beberapa peristiwa besar seperti tsunami Aceh 2004, gempa Yogyakarta 2006, dan erupsi Gunung Merapi 2010 mendorong para ahli geologi untuk menjadi garda terdepan dalam mitigasi bencana yang terjadi di kemudian hari.

Dengan kelimuan yang mumpuni geologiwan dapat memprediksi daerah mana yang mungkin terkena dampak bencana alam, baik banjir, erupsi gunungapi, maupun longsor, dan memberikan rekomendasi terhadap aktivitas manusia yang mungkin terdampak karenanya. Selain upaya mitigasi melalui penelitian, geologiwan juga berperan penting dalam mengedukasi masyarakat daerah rawan bencana dengan penjelasan yang mudah dipahami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline