Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Agen Perubahan dan Moda Transportasi Umum Terbatas untuk Net-Zero Emissions 2060

Diperbarui: 15 Oktober 2021   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemandangan jalan ke arah Kota Malang dari perbukitan di Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sumber: Dokumentasi Penulis

Mengetahui kabar bahwa Indonesia akan berupaya mencapai Net-Zero Emissions paling cepat pada 2060, terasa menggembirakan. Artinya, Indonesia akan berupaya membuat perubahan yang berimbas pada perbaikan keadaan lingkungan.

Penyebab perubahan dari masa lalu yang kuno ke masa kini yang modern adalah kebiasaan. Kebiasaan yang kemudian ditunjang oleh struktur dan sistem.

Contohnya, kaum pekerja lapang identik dengan penggunaan sepeda motor. Kemudian, ditunjang dengan kemudahan melakukan kredit kendaraan bermotor roda dua dan cicilan dari nominal terendah yang sangat terjangkau.

Menariknya, kepemilikan sepeda motor juga akan dianggap sebagai bukti seseorang atau suatu keluarga telah naik kelas status sosialnya. Jika sudah dipahami begitu, maka tidak akan heran kalau semua orang mulai berlomba untuk mempunyai sepeda motor walau kredit.

Hal semacam itu bisa terjadi karena proses. Proses menanamkan suatu pemahaman, dan proses mempraktikkan apa yang dipahami, serta melihat bukti atau dampaknya.

Kalau dulu, dampak yang dilihat adalah afirmasi terhadap status sosial. Makin banyak kendaraan bermotor di rumah, makin dianggap kaya dan disegani. Biasanya bakal dicalonkan jadi Ketua RT/RW, Ketua Arisan, dan sebagainya.

Kalau sekarang, dampak yang seharusnya dilihat adalah kebahagiaan dan kesehatan. Orang kaya belum tentu bahagia.

Mereka harus membayar pajak, menggaji asisten rumah tangganya, dan pasti beban listriknya lebih tinggi dari masyarakat kelas menengah-bawah yang bahkan masih belum semuanya bisa memasang listrik. Keberadaan listrik dan kini ada Wi-Fi juga tidak sedikit mengakibatkan keluarga kaya menjadi cenderung kurang hangat.

Beda dengan orang kelas menengah-bawah yang masih cukup hangat, karena jarang ada pemecah perhatian mereka kala harus berkumpul di rumah. "Mangan (utowo) ora mangan, sing penting kumpul."

Kemudian, sektor kesehatan. Orang yang baru naik kelas cenderung sembrono terhadap pola hidup. Mungkin, faktor "demam panggung" dan menganggap apa yang dilakukan berbasis 'mumpung sekarang bisa', membuat orang yang baru kaya akan lupa diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline