Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Seandainya Barcelona Tidak Menyaingi Keglamoran Real Madrid

Diperbarui: 30 Mei 2020   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Barcelona juga mulai disponsori brand komersial, tidak lagi memamerkan UNICEF di jersey depannya. Gambar: Antara/AFP/Josep Lago

Bulan Mei segera pergi, dan yang akan datang adalah bulan yang selalu hujan, Juni. Tidak hanya bagi pemuja hujan yang gembira, atau juga adik-adik sekolah yang naik kelas dan lulus, namun bulan ini juga akan dinantikan oleh penikmat sepak bola Spanyol, La Liga.

Dikabarkan, La Liga akan kembali dari tidur panjangnya--akibat pandemi corona--pada 11 Juni. Laga yang digelar sebagai pembuka pun adalah sebuah derbi yang di Spanyol cukup sengit selain El Clasico, yaitu El Gran Derbi antara Sevilla vs Real Betis.

Rasanya pas jika awalan dari kebangkitan kompetisi ini diantarkan oleh atmosfer yang cukup bergengsi. Walau tentunya tanpa kepadatan suporter. Setidaknya atmosfer ini dapat menjadi evaluasi yang tersirat dari kembalinya kompetisi lain, Bundesliga (Jerman).

Di pertandingan awal saat Bundesliga comeback, banyak orang merasa bosan dengan permainan tim-tim besar yang justru tidak langsung memberikan permainan yang bagus. Di satu sisi, dimaklumi karena efek dari "libur" 2 bulan.

Baca juga: Ada 7 Penampakan Saat Bundesliga Comeback

Namun, pemandangan ini jelas harus dievaluasi. Termasuk oleh kompetisi lain yang hendak mengikuti jejak Bundesliga.

Persiapan dilakukan oleh klub-klub La Liga untuk kembali melanjutkan sisa musim 2019/20. Salah satu klub yang kemudian disorot adalah Barcelona. Banyak faktor yang perlu dicermati dari persiapan klub yang bermarkas di Camp Nou ini.

Pertama, Barcelona adalah penghuni sementara puncak klasemen La Liga. Meski jarak poin tak begitu jauh dari rival abadinya, Real Madrid, namun potensi mereka untuk segera serius dan mengamankan puncak klasemen di akhir musim perlu dinantikan.

Kedua, sejak kompetisi sepak bola dihentikan akibat covid-19, Barcelona menjadi klub yang banyak disorot. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi klub pengoleksi 5 trofi Liga Champions itu sedang tidak bagus.

Ketiga, Barcelona butuh penyegaran, khususnya dari dalam, agar mereka bisa kembali menjadi klub yang bergairah dalam mengejar gelar juara. Situasi ini tak begitu terlihat sejak musim lalu, meski mereka berhasil merengkuh gelar La Liga.

Tiga faktor ini saling berkaitan dan membuat Barcelona menghasilkan situasi-situasi yang perlu diketahui. Salah satunya adalah efek domino keberadaan Lionel Messi yang di satu sisi membuat Barcelona masih percaya diri untuk bersaing di papan atas, namun di sisi lain memberikan efek negatif; ketergantungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline