Aku mencarimu
dalam puisi
yang tak pernah kutulis
dalam jeda antara kata dan diam,
di antara hela napas
yang gugur sebelum sempat menjadi bait.
Aku mencarimu
di lembar-lembar sunyi
yang menatapku dengan luka,
di tinta yang menolak mengalir
karena rinduku terlalu dalam
untuk sekadar dilafalkan.
Malam menjadi pena
dan bintang-bintang jadi noktah,
tapi langit tetap kosong
tanpa namamu di sana.
Aku mencarimu
di sajak yang tak rampung,
di larik yang tak selesai,
di metafora yang gugup
menyebutmu tanpa suara.
Setiap kata
yang kucoba rangkai
luruh sebelum lahir,
serupa embun
yang menyentuh tanah
tanpa sempat disebut pagi.
Aku mencarimu
bukan hanya dalam puisi,
tapi juga dalam sunyi yang panjang,
dalam detak jam
yang menua bersamaku,
dalam gelisah
yang terus mengetuk
tanpa tahu
ke mana pintu harus kubuka.
Kau adalah bait
yang hilang dalam ingatan,
sajak yang kupanggil
dengan doa,
dengan harap,
dengan luka
yang kupeluk diam-diam.
Dan mungkin,
kau akan tetap tinggal
di puisi yang tak pernah kutulis---
tempat paling jujur
di mana rinduku
tak perlu dimengerti
untuk ada selamanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI