Lihat ke Halaman Asli

Dee Daveenaar

Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Beda Perlakuan Wanita Paruh Baya dan Wanita Milenial pada Plastik Kresek

Diperbarui: 16 November 2021   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Wanita Tanpa Plastik

Sembari berjalan pulang dari pasar kaget, saya senyum-senyum sendiri teringat pembicaraan dengan pemilik kios buah di sana. Saat itu usai memilih buah-buah potong, seorang pegawai kios mengulurkan plastik transparan/ kresek agar saya bisa mengemas dalam satu tas namun bapak tua pemilik kios segera menyergah,

"Kalau dia sih ndak usah dikasih tas plastik, pasti nolak. Dia kan wanita tanpa plastik."

Whaat? Bapak tua itu sampai memiliki julukan untuk saya yang selalu menolak tas plastik dan memilih segera memasukkan buah-buah tersebut dalam tas belanja dari bahan ramah lingkungan yang selalu dibawa. Ternyata bukan hanya bapak tua itu yang memperhatikan kebiasaan saya, tiap kali usai memilih sayur-sayur yang akan dibeli, ibu pemilik kios sayur akan menawarkan,

"Pakai tas plastik atau tidak?"  

Masih merasa takjub, bagaimana para pedagang kecil itu menandai kebiasaan para pelanggannya yang satu ini - mengurangi pemakaian plastik. 

Bukan hal yang besar jika dibandingkan kiprah teman-teman yang sampai membuat komunitas yang aktif mendirikan tempat olahan sampah, menampung plastik-plastik yang bertebaran, atau seperti putri sahabat saya yang bekerja sama dengan pengrajin membuat tas belanja dari plastik daur ulang. 

Saya menganggap mereka semacam pahlawan penyelamat bumi dan memang profil bisnis putri sahabat itu diangkat  oleh Kemenko PMK sebagai bisnis milenial yang berkelanjutan, sementara saya hanya sekedar tak ingin menjadi kontributor sampah plastik di muka bumi. 

Hal itu berawal dari peristiwa saat menginap di daerah pantai Carita, Anyer sekitar 15 tahun lalu. Kami sedang bermain-main di pinggir laut, saat merasa kaki yang di dalam air dibelit oleh aneka tumbuhan laut. Sungguh terperanjat demi mengetahui bahwa yang membelit kaki kami adalah aneka sampah plastik. Sejak itu berjanji dalam hati untuk sebisa mungkin mengurangi sampah plastik.

Pada kenyataannya pembuangan sampah plastik ke laut itu memang  massif hingga World Economic Forum di tahun 2016 menyampaikan ada lebih dari 150 juta ton plastik yang masuk ke perairan, padahal tiap tahunnya bertambah sebanyak 8 juta ton. Sungguh mengerikan membayangkan manakala di lautan ada 150 juta ton sampah plastik lantas tiap tahun ditambah 8 juta ton sampah, apa kabar nasib bumi dan segenap isinya? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline