Lihat ke Halaman Asli

Nganu Reeves

"Aku Cemburu Memandangmu Cekikikan Bersama Dengannya"®

Apakah Kita Berwawasan Teknis?

Diperbarui: 27 April 2021   07:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjelasan tentang error yang terjadi pada siaran. Namun pesan ini bukan diambil via siaran televisi, tapi diunggah ke media sosial. Sumber: facebook RTV.

"Gangguan bukan pada pesawat televisi Anda", begitu bunyi keterangan yang sering muncul pada siaran TVRI jaman dulu. Masa beralih dan ada banyak stasiun televisi baru, namun kaimatnya telah berganti 'lebih jujur' ketika ada sekelumit permasalahan teknis terkait di belakang layar dari siaran yang mengudara. Bagaimana suatu poin yang ada bisa mempengaruhi kelancaran siaran.

Mungkin, para staf di belakang layar zaman dulu berpikir bahwa khalayak umum tidak perlu mengetahui permasalahan teknis yang begitu peliknya terkait seputar siaran. "Biarlah hal di belakang layar bagian gue." Mungkin begitu. Mungkin lho ya. Saya bukan ahli nujum. Karena kadang beberapa hal menjadi terlalu njelimet untuk dijabarkan dan penontonnya pun kebanyakan para awam yang kurang mengetahui dunia broadcasting.

Atau mungkin juga sengaja dirahasiakan menyangkut perangkat penyedia siaran yang memang kurang mumpuni terkait anggaran terbatas. Berbeda dengan siaran televisi swasta yang didanai oleh iklan dan dengan modal yang lebih kuat. "Error mulu tayangannya, kami lho enggak. Perangkat kami lebih kinclong". Mungkin begitu pikirnya. Mungkin lho ya. Saya bukan ahli nujum. #halah kalimatnya copas dari paragraf atas biar artikelnya kelihatan panjang#. Dan karena itu pula mereka lebih pede untuk men-jelentreh-kan (menjelaskan hingga sejelasnya atau menjelaskan hingga setengah mati) apa penyebab error pada siaran mereka sekaligus menjadi pembelajaran publik.

Tapi 'hal teknis' ini bukan hanya ada pada cakupan siaran tertentu. Di bidang yang lebih 'merakyat' (maksudnya lebih sering bersinggungan dengan masyarakat luas), ada banyak hal teknis yang mengganggu kelancaran sesuatunya juga. "Oh ini rantainya kendor mas, jadi perlu dimundurkan as belakangnya biar kenceng lagi dan nggak bikin tergeser dan lepas". "Enak aja panggil mas, saya ini cewek lho". "Oh maaf mbak. Soalnya nganu..."

Kutipan berikutnya tentang salah nganu antara tukang bengkel dan mbak² yang ganteng tadi mungkin kurang elok untuk dibahas.

Namun memang ada beberapa poin yang mungkin publik perlu tahu tentang sesuatu untuk menghindari prasangka atau kesalahpahaman tentang sebuah hal yang tengah terganggu atau tidak berjalan semestinya menyangkut keseharian mereka. Dan menurut hemat saya, sedikit penjabaran tentang 'hal teknis' tak mengapalah; karena terkadang (atau sering) ketidaktahuan semacam ini dapat berujung pada tindakan menghakimi atau menyalahkan secara sepihak sebuah instansi atau seseorang atau pihak lainnya; jadi buru-buru mencap buruk sesuatu hanya berdasar penilaian satu sisi.

Mundur lagi ke belakang, di media Kompasiana ini sering juga mengalami error saat peralihan dari format desktop ke format yang lebih ramah ponsel. Berlanjut lagi saat integrasi satu akun Kompasiana dengan Kompas dan lainnya. Sementara para punggawa sistem berjibaku dengan kerumitan yang saya pun tak tahu bagaimana; di luaran sistem para penulis yang siap tempur dengan segudang ide di kepala mendadak loyo karena merasa mampet, buntu, dan membentur tembok disebabkan perkara teknis 'belakang layar' lalu ngedumel bak merasa terzalimi.

Sebagian masih bertahan pasca error meminggu tersebut (saya merasa ganjil dengan istilah meminggu ini padahal ada istilah menahun yang artinya bertahun-tahun. Saya juga belum mengecek KBBI apakah sudah ada sebelumnya), sebagian bergabung dengan blog keroyokan lain, sebagian pindah media ke blog sendiri dan beberapa tidak lagi diketahui rimbanya oleh member Kompasiana lainnya.

Tidak tahu dia, kadang media lain dan media sendiri dengan mesin wordpress, joomla atau blogspot dan lain sebagainya pun bisa error juga. Hingga sekarang, ada banyak potensi ketidaksinkronan antara plugin, template dan lainnya. Dan karena para end-user tidak tahu bagaimana rumitnya membangun web meskipun hanya tinggal instal CMS dan pasang plugins atau template, maka dipikirnya sebuah sistem yang telah berjalan pun tidak perlu maintenance atau pembaruan disebabkan sebuah lubang atau celah keamanan bisa rawan dieksploitasi peretas.

Saat saya masih bekerja di sebuah digital printing, seorang staf Puskesmas berujar menggampangkan: "alah paling nge-print banner gitu satu jam selesai."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline