Lihat ke Halaman Asli

Cerpen: Siluman Api

Diperbarui: 21 Juni 2021   01:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siluman api. (Sumber: Pixabay)

Di suatu sore yang temaram, dua orang tampak berjalan kaki di tengah hutan. Mereka menerabas pepohonan cemara, menyobek -- nyobek semak belukar dan menyusuri jalan setapak. Keduanya menuju ke arah jembatan tua, dimana kata orang -- orang tempat itu mistis dan angker.

"Percepat langkahmu. Sebentar lagi bulan akan keluar." kata si cenayang.

Mereka melebarkan langkah kaki mereka, agar lebih cepat sampai tujuan. Tak berapa lama kemudian, mereka tiba di pinggir tebing tak terlalu curam. Mereka berhenti, mengamati sebuah jembatan yang terbuat dari batu -- batuan besar dan keras.

"Jadi ini tempatnya?" kata si pemuda.

"Ya. Saat bulan purnama muncul, makhluk itu akan datang kesini." kata si cenayang, lalu keduanya bersembunyi di balik sebuah semak.

"Kau sudah siap?" tanya si cenayang.

"Tentu saja, aku akan menebas dia dengan pedang ini." kata si pemuda sambil memegang sebilah pedang berwarna perak.

"Ingat, tujuanmu adalah mengusir makhluk api itu. Jangan tergoda untuk mengalahkannya, karena dia tak bisa dikalahkan."

"Ya, ya. Jangan khawatir, aku masih ingat itu."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline