Lihat ke Halaman Asli

A Darto Iwan S

Menulis bukan karena tahu banyak, tapi ingin tahu lebih banyak.

Memburu Otak Terbaik di Bidang AI

Diperbarui: 18 Juni 2025   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi oleh : Darto + AI 

Bayangkan sebuah arena teknologi global di mana raksasa digital saling berlomba menciptakan kecerdasan artifisial (AI) yang bukan sekadar cerdas, tetapi mampu menyerupai atau bahkan melampaui akal manusia.

Di tengah perlombaan sengit ini, Meta, perusahaan di balik Facebook, Instagram, dan WhatsApp, baru saja membuat gebrakan besar. Dengan menggelontorkan dana sebesar 15 miliar dolar AS, setara Rp 244 triliun, Meta menegaskan ambisinya untuk memimpin revolusi AI melalui pengembangan "Superintelligence." Apa yang membuat langkah ini begitu menarik? Mari kita telusuri.

Meta tidak main-main. Investasi kolosal ini bukan sekadar soal angka, melainkan cerminan strategi jitu untuk mengejar ketertinggalan dari para pionir AI seperti OpenAI dan Google. Salah satu langkah paling mencolok adalah akuisisi 49 persen saham Scale AI, perusahaan pelabelan data ternama, dengan nilai fantastis Rp 233 triliun. Scale AI bukan sembarang perusahaan, ia adalah tulang punggung di balik pelatihan model AI raksasa seperti yang digunakan Google dan Microsoft. Dengan menguasai saham mayoritas, Meta tidak hanya memperkuat fondasi teknologinya, tetapi juga mengirimkan sinyal kuat kepada kompetitor: mereka siap mendominasi.

Langkah ini langsung memicu gelombang di industri. Google, misalnya, dikabarkan berencana memutus hubungan dengan Scale AI, menunjukkan betapa akuisisi ini mengubah dinamika persaingan. Ini seperti sebuah permainan catur raksasa, di mana Meta baru saja menggerakkan bidak kunci untuk mengunci posisi strategis.

Di balik investasi besar, ada perekrutan yang tak kalah ambisius. Mark Zuckerberg, CEO Meta, tampaknya tidak hanya mengincar teknologi, tetapi juga otak-otak terbaik di baliknya. Salah satu "trofi" terbesar adalah Alexandr Wang, CEO Scale AI, yang kini bergabung untuk memimpin laboratorium AI baru Meta. Wang bukan nama sembarangan, ia adalah sosok muda berbakat yang telah membawa Scale AI menjadi pemain kunci di industri. Selain itu, Meta juga agresif merekrut ahli AI dari Google dan OpenAI, menawarkan kompensasi yang sulit ditolak. Ini adalah perang talenta yang menunjukkan betapa berharganya sumber daya manusia di era AI.

Apa yang ingin dicapai Meta dengan dana ratusan triliun ini? Jawabannya adalah "Superintelligence", kecerdasan artifisial yang mendekati atau bahkan melampaui kemampuan manusia, sering disebut sebagai Artificial General Intelligence (AGI). Ini bukan lagi soal asisten virtual yang menjawab pertanyaan sederhana, tetapi tentang AI yang mampu berpikir, memecahkan masalah, dan berinovasi seperti manusia. Zuckerberg sendiri menyatakan ambisinya: menjadikan Meta AI sebagai asisten AI terbaik di dunia, menyaingi ChatGPT dan Google Assistant.

Menariknya, Meta sudah memiliki modal kuat. Dengan lebih dari satu miliar pengguna Meta AI di seluruh dunia, perusahaan ini memiliki basis yang kokoh untuk menguji dan menyempurnakan teknologi mereka. Investasi ini juga akan memperkuat infrastruktur, mulai dari pusat data hingga pembelian chip AI dari Nvidia, yang kini menjadi tulang punggung revolusi AI global.

Langkah Meta bukan sekadar soal teknologi, tetapi juga tentang masa depan. Pertama, investasi ini menegaskan bahwa AI adalah medan pertempuran utama di dunia teknologi, dengan implikasi yang meluas ke ekonomi, pendidikan, hingga etika. Kedua, akuisisi Scale AI dan perekrutan talenta top menunjukkan bahwa persaingan AI tidak hanya soal algoritma, tetapi juga tentang data dan otak manusia di baliknya. Ketiga, visi Superintelligence membuka pintu diskusi tentang potensi sekaligus risiko AI canggih, akankah ini menjadi terobosan atau tantangan baru bagi umat manusia?

Dengan laboratorium AI baru yang dipimpin oleh Alexandr Wang, Meta berjanji akan mengungkap lebih banyak rencana dalam beberapa minggu ke depan. Satu hal yang pasti: langkah ini telah mengguncang industri dan menempatkan Meta sebagai penantang serius di panggung AI global. Di tengah persaingan sengit dengan OpenAI, Google, dan raksasa teknologi lain, semua mata kini tertuju pada Meta. Akankah mereka berhasil menciptakan Superintelligence yang mengubah dunia? Hanya waktu yang akan menjawab.

Langkah Meta ini adalah pengingat bahwa kita sedang menyaksikan babak baru dalam sejarah teknologi, babak di mana batas antara manusia dan mesin semakin samar. Dan Meta, dengan Rp 244 triliun di tangan, tampaknya siap menulis bagian penting dari cerita itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline