Lihat ke Halaman Asli

Mispersepsi Keyakinan Politik

Diperbarui: 20 November 2019   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dewasa ini banyak kita temukan masyarakat Indonesia yang sering melakukan pembicaraan tentang politik. Sayangnya, banyak dari mereka yang hanya bica mencemooh suatu permasalahan atau individu, serta menyertakan emosi dalam pembicaraan politiknya. Sumber yang digunakan dalam perdebatan pun hanya berupa kabar di sosmed, perkataan orang, ataupun teks di SMS yang mana kita ketahui bahwa sumber-sumber tersebut merupakan sumber yang validitasnya sangat dipertanyakan. Hal ini sering kali berujung pada pertengkaran

Masyarakat Indonesia banyak yang belum mengetahui cara berpolitik yang baik. Mereka dengan mudahnya termakan isu-isu yang memancing amarah. Ditambah lagi dengan ketidakbiasaan dalam berdiskusi serta budaya literasi yang rendah, masyarakat Indonesia menjadi sasaran empuk para pemilik kepentingan politik.

Dalam perdebatan berpolitik, diperlukan logika yang mapan untuk mendapatkan hasil yang jernih dari sesat pikir. Pemikiran seseorang yang sedang berdiskusi politik haruslah terhindar dari emosi. Jika dalam diskusi ada emosi, diskusi tersebut tidak akan menghasilkan hasil pembicaraan yang berguna. Pendiskusi juga harus menyimpan pandangan tentang relativitas kebenaran argumennya, supaya mendukung adanya sintesis pendapat.  

Untuk mendukung logika yang mapan, sumber pun harus bisa dipertanggungjawabkan validitasnya. Sumber-sumber yang valid juga menunjukan seseorang yang mampu berlogika karena valid tidaknya sumber atau materi politik akan masuk kedalam pikiran orang tersebut dan nantinya akan digunakan untuk berargumen. Sumber juga akan menentukan kualitas dari hasil diskusi.

Jika kemampuan otak dan kesiapan materi tercukupi, hal terakhir yang menentukan hasil pembicaraan adalah pengaturan emosi. Seseorang yang berdiskusi harus bisa sepenuhnya menggunakan kemampuan akalnya. Logika akan menuntun argumen kepada sintesis dari argumen orang tersebut dan lawannya. Hasil diskusi pun dapat dirasakan manfaaatnya oleh orang banyak.

Jika saja masyarakat Indonesia memiliki kemampuan diatas, pasti hasil pembicaraan politik mereka dapat jauh lebih bermanfaat. Hal ini merupakan tugas berat bagi pemerintah dan bagi orang-orang yang berpikir untuk memperbaiki masalah tersebut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline