Lihat ke Halaman Asli

Dani Ramdani

TERVERIFIKASI

Ordinary people

Modus Pencopet di Angkutan Umum

Diperbarui: 15 Juni 2021   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi seorang pencopet melakukan aksinya di tempat umum. Sumber foto: wartakota.tribunnews.com

Saya adalah orang yang menggunakan angkutan umum jika bepergian. Termasuk ketika menempuh pendidikan tinggi. Angkutan umum sudah menjadi teman sehari-hari. Sampai saya hafal betul setiap supir yang mengendarai angkot tersebut. 

Angkot, bis, ojol maupun kereta api adalah sarana yang membuat badan saya sampai di kampus. Banyak pelajaran yang saya ambil ketika naik angkutan umum. Terutama soal kehidupan. 

Tidak sedikit dari pengguna angkutan umum tersebut merupakan seorang pekerja kasar. Setiap pagi berangkat dan sore pulang. Bau pesing keringat di sana-sini, tetapi keringat itulah yang menghidupi keluarganya.

Dari sinilah saya selalu berpikir bagaiamna susahnya bapak saya mencari uang untuk pendidikan saya. Pelajaran lain yang saya petik di angkutan umum adalah, di angkutan umum kerap terjadi pencopetan. 

Saya memang tidak pernah mengalami itu, sebab saya selalu mengantisipasi di rumah. Dompet dan barang berharga lainnya saya siapkan di tempat aman. Untuk membayar ongkos angkot, saya selalu menyiapkan uang pas di saku. 

Suatu ketika di bulan puasa, seperti biasa saya hendak pergi kuliah naik angkot untuk selanjutnya naik kereta api. Di dalam angkot saya memilih duduk di bagian belakang. Di angkot sendiri sepi. 

Tepat di belakang supir ada seorang ibu-ibu menggunakan perhiasan mencolok. Kemudian datang dua penumpang lainnya. Setelah itu, datang tiga penumpang secara bergiliran. Penumpang pertama duduk di depan bersama supir. 

Dua orang penumpang duduk di depan pintu keluar angkot dan satu orang lain penumpang yang membawa tas duduk di samping si ibu yang memakai perhiasan. Kemudian datang seorang penumpang lelaki.

Tiba-tiba, ketika hendak naik angkot, si lelaki tadi jatuh. Ekspresi dari wajah si lelaki seperti kesakitan. Si lelaki kemudian duduk di dekat ibu-ibu dengan perhiasan menonjol tersebut. 

Si lelaki terus-menerus memegangi kakinya, dia terus menerus memegangi kakinya. Si ibu yang memakai perhiasan tersebut lantas mencoba membantu kaki si lelaki tadi karena panik. Si ibu yang memakai perhiasan begitu iba kepada si lelaki tadi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline