Lihat ke Halaman Asli

Dan Jr

TERVERIFIKASI

None

Ranum - Tristan: Tentang Sebuah Pernikahan

Diperbarui: 1 Agustus 2022   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jawapos.com

Gadis itu bernama Ranum, dan jika saja kau tidak mengenalnya dengan benar, kau akan merasa kalau dia adalah seorang gadis yang masih duduk dibangku sekolah menengah atas. Tubuhnya yang mungil, dan senyum ceria seolah tidak memiliki beban hidup, menjadi topeng sempurna untuk menutupi usianya yang sudah menginjak dua puluh lima.

"kau seharusnya sudah menikah, tidak perlu ditunda lagi..." kata tante Ratna, adik ibunya saat wanita itu berkunjung ke rumahnya yang sederhana di sudut kota Depok.

"usia dua puluh lima itu sudah cukup lama untuk menunggu, kau sudah cukup dewasa..." om Bayu berujar di lain waktu, saat keluarga besar sedang berkumpul untuk merayakan sebuah acara pernikahan sepupu Ranum.

Intinya, Ranum akan selalu merasa dirinya terpojok saat bertemu satu atau dua saudara dari pihak ayah atau ibunya. Kedua orang tua Ranum, mencoba memberi pengertian kepada putri tunggal itu. Bagaimanapun, dua insan paruh baya itu sudah tidak sabar untuk segera menimang cucu.

"pernikahan bukan hanya soal memperoleh keturunan... Yah" jawab Ranum kepada ayahnya, ketika suara itu terdengar semakin menuntut ditelinganya.

Sebagai seorang gadis modern, Ranum tentu saja menolak patriaki sosial yang menempatkan laki -- laki sebagai pemegang kendali dalam segala aspek kehidupan. Bahwa wanita hanya bertugas di rumah, sebagai istri dan ibu adalah pikiran kolot yang selalu mendapat tentangan dari gadis lulusan fakultas hukum itu.

"Ibu harus ingat satu hal... wanita lah yang pertama kali meruntuhkan kedigdayaan surga..." jawab Ranum kepada ibunya, saat sang ibu berusaha menghalangi anaknya itu mengenyam pendidikan lebih tinggi lagi setelah lulus sebagai sarjana.

Bagi Ranum, peristiwa teologi yang menceritakan Hawa pertama kali memakan buah terlarang dan membuat manusia terusir dari surga adalah sebuah bukti nyata bahwa seharusnya dunia lebih menghormati keberadaan wanita. Bagaimana tidak, aturan surga yang begitu kokoh saja mampu ditabraknya, sesuatu yang tidak pernah dilakukan Adam saat masih sendiri di tanah firdaus.

Selain itu, wanita adalah ibu bagi bumi. Tanpa adanya wanita, tidak akan ada kehidupan tercipta. Meski perkataan -- perkataan seperti ini seringkali membawa Ranum pada perdebatan dengannya oleh teman -- teman pria dan pemuka agama, gadis itu tidak pernah goyah akan pendiriannya.

"pantes aja nggak ada laki -- laki yang mau sama kamu...." Kata seorang teman waktu sedang nongkrong di sebuah caf, ditengah malam yang gempita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline