Lihat ke Halaman Asli

M Daffa Rafiecena

Memberi inspirasi bukan sensasi

Corona Oh Corona

Diperbarui: 30 Maret 2020   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

liputan6.com

Klik peta ini jika ingin mengetahui jumlah kasus COVID-19 terkini.

Semua berubah saat negara api menyerang

Virus corona alias Covid-19 pada awalnya menyerang provinsi Wuhan China membuat pemerintah panik hingga membuat kebijakan lockdown pada provinsi tersebut, dua bulan kemudian wabah Covid-19 dinyatakan WHO menjadi pandemik dunia berdampak langsung setiap sektor terutama ekonomi karena sejumlah besar negara ekonomi maju seperti di Eropa dan Amerika terkena dampak langsung, dan dipredisi akan menjadi krisis dunia yang paling krisis dibandingkan pada 2008 lalu.

Sayangnya semenjak wabah masih bersifat epidemi di Wuhan, banyak negara termasuk Indonesia pun meremehkan wabah virus tersebut, apalagi dampak covid-19 sempat dibilang seperti flu biasa, hanya menyerang pada orang tua (diatas 60) saja, hanya orang keturunan asia paling berpotensi terkena dampak dan disebut sebagai penyebar, dan hal tersebut menyebabkan tingginya sikap rasial terhadap keturunan asia di Eropa dan Amerika, juga yang paling menyedihkan lagi hampir tak ada satupun mempersiapkan dampak wabah untuk lebih buruk lagi, akhirnya apa yang kita dapat?

Sejumlah negara termasuk kita yang sempat menganggap remeh mendapatkan simakalamanya sendiri bisa saya sebut karma is real atas kearoganan kita masing-masing, sekarang pusat pandemik bukan lagi China melainkan Italia dan negara Eropa lainnya.

Lain cerita untuk negara China sekarang berhasil memenangkan perang terhadap Covid-19 dengan kesigapan negara dan kedisiplinan rakyatnya sekitar dua setengah bulan.

Korea yang sempat memilki kasus tertinggi namun memiliki rasio kematian yang kecil walau tidak sedang lockdown melainkan negara sendiri melakukan rapid test dengan jumlah tenaga medis dan alat perlengkapan yang memadai.

Ada hal positif juga atas tragedi Covid-19 seperti memberi kesempatan bumi untuk merasakan bebas ya beban dari keserakahan manusia. 

Tak ada yang (tidak bisa) menghindari kesalahan 

Saya mengakui kecewa atas arogansi negara kita tercinta menghadapi Covid-19 memakan 500 jiwa lebih dan jumlah korban meninggal lebih tinggi dari yang sembuh termasuk puluhan tenaga medis yang menangani akibat sarana kesehatan dan kebutuhan yang kurang, profesionalitas birokrasi tidak efisien, dan lebih parah bila banyak rakyat bandel masih berkeliaran dan berkumpul saat wabah masih terjadi.

Dengan perumpamaan seandainya wabah sudah menjadi puncak bahkan saat ramadhan, seolah-olah kita menyalahkan negara atas terlambatnya penanganan, justru kita juga bodoh dan sok jagoan seolah-olah merasa paling benar secara tidak mau sadar menyebabkan penyebaran meluas, mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti liburan karena jalanan sudah sepi, panic buying, dan menimbun persediaan yang langka, secara tak langsung kita juga membunuh tenaga medis dan penderita yang kritis perlahan-lahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline