Lihat ke Halaman Asli

Nur Terbit

Pers, Lawyer, Author, Blogger

Wartawan Siap Kerja di Bawah Tekanan

Diperbarui: 21 Mei 2021   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua dari sekian buku hasil kumpulan tulisan selama bekerja sebagai wartawan di bawah tekanan (dok pribadi Nur Terbit)

Pekerjaan wartawan itu gak gampang loh. Harus siap bekerja di bawah tekanan. Dari tekanan pimpinan dan redaktur di kantor, hingga tekanan dalam mengejar deadline. Yakni batas akhir pemuatan atau setor berita.

Kalau ditanya apakah pernah memiliki rekan kerja yang gemar bergosip? Atau teman semeja yang selalu merasa dizalimi oleh bos setiap kali diberi penugasan? Atau atasan yang suka melempar tanggung jawab?

Wah, itu semua ada dan pernah saya alami di dunia wartawan. Istilahnya berada di lingkungan lingkungan kerja toksik. Saya mulai mengenal dunia tulis menulis -- cikal bakal menjadi wartawan -- sejak di bangku Sekolah Dasar (SD). 

Saya terus terang senang dengan pelajaran bahasa Indonesia saat disuruh mengarang cerita. Ikut lomba antar kelas. Bahkan pernah juara mengarang antar sekolah se kabupaten Maros, Sulsel.

Dari kemampuan menulis ini, kemudian timbul keberanian untuk mengirimkannya ke media. Alhamdulillah dimuat dengan honor yang lumayan buat nambah uang jajan hehehe...

Dari mengirim puisi, cerita anak, cerpen remaja, berbagai artikel untuk dimuat di koran daerah saya di Makassar Sulawesi Selatan. Namanya harian Pedoman Rakyat (PR), koran tertua di Indonesia Timur yang kini sudah almarhum.

Setelah tamat Pendidikan Guru Agama (PGA, setingkat SMA), makin rajin menulis di koran daerah. Sampai kemudian ada penerimaan wartawan. Saya coba melamar dan diterima (1980).

Sempat menjalani 2 tahun, lalu pindah ke koran terbitan Jakarta (grup Pos Kota) yang mencari koresponden, atau wartawan daerah yang menulis untuk koran terbitan Jakarta (Nasional). Itu terjadi 1980-1984.

Waktu saya masih koresponden di Makassar dan bantu-bantu ngedit berita wartawan sebelum dikirim ke Jakarta, gaji saya waktu itu  sudah Rp150.000.

Eh begitu pindah ke Jakarta bergabung di Redaksi di Jakarta, gaji pertama saya di Harian Terbit tahun 1984 cuma Rp55.000/bulan. Bukannya naik tapi malah turun hahahahaha....

Tapi Alhamdullah, ada kebanggaan lain. Status kewartawanan saya naik. Dari semula wartawan daerah (koresponden), naik menjadi wartawan ibukota. Preeettt...hehe

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline