Lihat ke Halaman Asli

Cucum Suminar

TERVERIFIKASI

Kompasianer

[Cerpen] Menanti Fitri

Diperbarui: 23 Mei 2019   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar diambil dari pngtree.com

Udara dingin menggigit kulit. Berkali-kali enin* terlihat mendekap ujung cardigan cokelat yang berbahan cashmere. Meski demikian, beliau tetap betah duduk di teras depan rumah. Bersandar pada sofa kulit mengilap. Sebentar-sebentar beliau memandangi pintu pagar. Seolah ia sedang menunggu seseorang.

"Enin, sudah malam. Tidak usah ditunggu lagi. Masuklah. Nanti malah masuk angin," seru Fina, anak perempuan enin yang paling besar, dari dalam rumah, "Fitri mungkin tidak bisa datang lagi lebaran ini."

"Nin, sini Nin, main sama aku saja." Tiba-tiba Naura, buah hati Fina yang kedua, muncul. Ia kemudian duduk disamping enin sambil menyodorkan dua buah boneka barbie yang sudah diberi jilbab.

"Nau, ajak Nin, main di dalam saja, yuk," ajak Fina sambil menggandeng enin dan Naura masuk ke dalam rumah.

"Enin, mau menunggu sebentar lagi Fin. Masih jam delapan. Mungkin Fitri masih di perjalanan, terkena macet," tolak enin sambil matanya terus mengawasi pintu pagar yang tetap tertutup rapat.

"Fitri pasti tidak datang lagi, Nin. Mungkin belum sempat. Atau mungkin harus mudik ke keluarga suaminya," bujuk Fina.

"Masa tiga kali lebaran berturut-turut tidak datang, tidak memberi kabar."

"Mungkin tidak sempat, besok atau lusa pasti menelepon," Fina terus berupaya membujuk.

Enin masih bergeming. Matanya tetap awas melihat pintu pagar.

"Ayolah, Nin, masuk, nanti sakit. Kan, masih ada aku dan Fida. Masih ada menantu dan cucu-cucu Nin dari aku dan Fida."

"Nin, juga mau berlebaran dengan Fitri, juga anaknya," ujar perempuan tersebut lirih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline