Lihat ke Halaman Asli

Kata SBY Tentang Blusukan

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Blusukan atau turun ke bawah bagi SBY bukan hal baru. Dia sudah melakukan itu sejak awal pemerintahannya. Ada banyak contoh yang bisa saya berikan, termasuk foto-fotonya. Beberapa sudah saya posting di akun Twitter saya di @cuapolitik.

Misalnya pada 26 Desember 2004, satu hari setelah Natal. Di Nabire, Papua, rakyat sedang bersiap-siap melepas Presiden SBY dan Bu Ani, yang semalam tidur di tenda setelah memberikan bantuan kepada para korban gempa bumi.

SBY menerima kabar Aceh dan Nias diguncang gempa, dihantam tsunami.

Seketika itu SBY memutuskan untuk langsung bertolak ke Aceh. Padahal para staf meminta SBY ke Jakarta terlebih dahulu. SBY bergeming. Aceh butuh dia.

SBY langsung perintahkan Sekretaris Militer untuk mengatur penerbangan dari Jayapura ke Aceh. Malam itu juga SBY menggelar rapat kabinet darurat di kediaman gubernur.

Keesokan harinya, 27 Desember 2004, SBY berangkat meninggalkan Jayapura. Pesawat yang digunakan saat itu kecil, sementara perjalanan sangat jauh. Pesawat lantas transit di Makassar dan Batam untuk isi bahan bakar.

Tanggal 27 Desember sore SBY tiba di Lhokseumawe. Di Bandara Lhokseumawe, SBY langsung minta laporan dari pimpinan provinsi seperti gubernur, pangdam, dan kapolda.

Ini adalah salah satu contoh betapa SBY bukan tipe pemimpin belakang meja saja. SBY dikenal sebagai jenderal pemikir. Karir militernya paripurna. Dia berbintang empat. Karir akademiknya nyaris memuncak. Dia bergelar doktor ekonomi pertanian. Banyak kampus sebenarnya menawarkan dia untuk gelar profesor. SBY sejauh ini masih menolak.

SBY berkali-kali dalam berbagai kesempatan menegaskan keharusan setiap pemimpin untuk blusukan, untuk turun ke bawah, melihat langsung kondisi rakyat.

Misalnya pada acara penandatanganan MoU antara Bank Indonesia dan Menko Kesra, 8 Juni 2005. SBY meminta kepada seluruh jajaran pemerintah, mulai dari dirinya, Wakil Presiden, para menteri, gubernur, bupati, wali kota untuk tidak terlena dengan kenyamanan di dalam gedung-gedung berpendingin ruangan, di ruang-ruang rapat yang mewah, atau di ruang-ruang seminar.

SBY meminta mereka semua untuk lebih rajin mengunjungi dan memperhatikan kantong-kantong kemiskinan. Perintah Presiden SBY ini adalah perintah kemanusiaan. Jajaran pemerintah tidak boleh menutup mata melihat kenyataan sosial dalam masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline