Lihat ke Halaman Asli

Aksi Massa: Suara, Tuntutan, dan Harapan

Diperbarui: 9 September 2025   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah massa turun ke jalan menyuarakan tuntutan perubahan kebijakan dalam aksi damai. (Foto: Antara)

Gelombang aksi massa yang belakangan ini terjadi adalah cerminan nyata dari dinamika sosial dan politik kita. Fenomena ini bukan hal baru. Sepanjang sejarah, demonstrasi selalu menjadi saluran masyarakat untuk menyuarakan aspirasi dan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan atau kondisi yang dirasa tidak adil.

Melalui protes, kita bisa melihat ada isu-isu mendesak yang membutuhkan perhatian serius, bukan hanya dari pemerintah, tetapi juga dari seluruh elemen bangsa.

Ketika masyarakat turun ke jalan, pesan yang mereka bawa biasanya jelas; mereka menginginkan perubahan.

Tuntutannya pun beragam; dari isu ekonomi seperti harga kebutuhan pokok dan lapangan kerja, hingga isu sosial-politik seperti reformasi hukum, pemberantasan korupsi, dan perlindungan hak asasi manusia (HAM).

Di balik setiap spanduk dan teriakan, tersimpan harapan besar agar suara mereka tidak sekadar didengar, tetapi benar-benar ditindaklanjuti. Masyarakat tidak butuh janji kosong; yang mereka butuhkan adalah tindakan nyata.

Misalnya, ketika harga bahan pokok melonjak, mereka berharap ada kebijakan stabilisasi yang efektif. Jika yang dituntut adalah reformasi hukum, mereka menunggu undang-undang yang adil dan transparan, serta penegakan hukum yang bebas dari kepentingan.

Kekecewaan muncul ketika tuntutan itu menguap tanpa respons yang jelas. Jika hal ini terus terjadi, siklus demonstrasi akan berulang. Masalah-masalah mendasar yang tak tersentuh ibarat luka yang hanya ditutup perban, tetapi infeksinya dibiarkan.

Mencari Arah Sebagai Warga Negara

Situasi ini menimbulkan rasa cemas sekaligus harapan. Kita berharap wakil rakyat benar-benar menganggap serius panggilan dari jalanan. Bukan sebagai formalitas, melainkan sebagai momentum untuk berbenah.

Di sisi lain, aksi massa juga membangkitkan kesadaran kolektif. Diskusi publik menjadi semakin hidup, baik di warung kopi, media sosial, maupun ruang keluarga. Kita belajar memilah informasi, memahami akar persoalan, dan tidak mudah terprovokasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline