Lihat ke Halaman Asli

cipto lelono

TERVERIFIKASI

Sudah Pensiun Sebagai Guru

Langkah Sederhana Mengembangkan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Pembelajaran Daring

Diperbarui: 13 Juli 2021   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi alur berpikir kritis oleh Debbie Roberts/Engage Visually via flickr.com

Berpikir kritis selain amanah kurikulum, secara implementatif mempunyai peran penting bagi peserta didik dalam menghadapi era digital yang makin kompleks. Secara khusus tantangan abad 21. Maka proses pembelajaran (khususnya Daring) tetap dituntut dapat mengembangkan kompetensi peserta didik dalam ranah tersebut.

Oleh Sebab itu pembelajaran daring membutuhkan kreativitas khusus dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain guru dituntut memahami karakteritik pendekatan pembelajaran yang sudah ada agar dapat merancang secara tepat proses pembelajaran Daring, apalagi dalam pencapaian kompetensi berpikir kritis peserta didik.

Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan acuan agar kompetensi berpikir kritis tetap dapat dicapai dalam proses pembelajaran Daring.

1) Memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik

Dari berbagai sumber yang ada, dapat diketahui terdapat pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan guru. Ada Active Learning, Cooperative Learning, Contektual Teaching Learning maupun Konstruktivisme. 

Kurikulum 2013 menekankan pada pendekatan Saintifik. Konsep dan Teori serta aneka model pendekatan tersebut sudah sering dibahas di berbagai buku maupun berbagai kegiatan PKB yang dijalankan oleh sekolah.

Untuk melandasi pembahasan tema ini penulis memaparkan prinsip dasar beberapa pendekatan tersebut. Prinsip dasar Active Learning adalah keterlibatan (partisipasi yang maksimal) peserta didik dalam proses pembelajaran. Indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah kemampuan guru melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Cooperative Learning menekankan pada kerjasama peserta didik dalam proses pembelajaran. Maka parameter keberhasilan pendekatan ini adalah kemampuan guru dalam mengorganisir kelas menjadi beberapa kelompok belajar. 

Selanjutnya Contektual Teaching Learning lebih menekankan pada kemampuan peserta didik dapat menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas dengan realita yang ada di luar kelas. Sehingga ada kesinambungan pengetahuan yang ada di kelas dengan realita yang ada di masyarakat.

Sedangkan prinsip dasar pendekatan Konstruktivisme adalah asumsi bahwa peserta didik dianggap "bukan botol yang kosong". Maka tugas guru "mengkonstruksi" pengetahuan peserta didik agar tidak berserakan dan bisa makin kokoh dan terarah.   

Semua pendekatan di atas mempunyai model-model. Semua model bisa digunakan guru dalam proses pembelajaran. Secara khusus pendekatan Saintifik lebih mengedepankan model Discovery Learning, Inquiry Learning, Problem Based Learning dan Projec Based Learning.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline