Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

Tidak Ada Kata "Tidak Bisa", Bersama Teman-teman Penyandang Disabilitas, Kami Bisa!

Diperbarui: 3 Desember 2018   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: disabledgo.com

By Christie Damayanti

Walau kami adalah penyandang disabilitas, tetapi KAMI BISA di sejajarkan dengan pekerja non-disabilitas, jika kami diberi kesempatan

***
Sebagai penyandang disabilitas setelah serangan stroke berat pada bulan Januari 2010 lalu hingga menyebabkan saya lumpuh separuh tubuh sebelah kanan, kadang-kadang membuat saya berpikir tentang "bagaimana teman-teman penyandang disabilitas mampu untuk terus bertahan dan survive untuk masa depan mereka."

Ketika saya tetap diberikan kesempatan sebagai bagian dari perusahaan tempat saya bekerja sekarang ini, saya lebih mengerti apa yang saya butuhkan dan bagaimana saya bisa memberi masukan bagi atasan-atasan saya untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang saya berikan.

Sebuah perusahaan yang mengakomodir dan menghargai keberagaman karyawannya, itulah yang disebut sebagai perusahaan inklusi, dan untuk memungkinkan kontribusi mereka secara penuh tanpa diskriminasi, termasuk pegawai dengan penyandang disabilitas, sehingga mencapai target positif dalam kinerjanya.

Pada kenyataannya, sebuah perusahaan inklusi justru mempunyai kelebihan-kelebihan tersendiri, karena:

Yang pertama, tingkat turnover (keluar masuk pekerjaan) yang rendah.

Karena, seperti saya sebagai penyandang disabilitas, akan sangat berarti bisa tetap bekerja sehingga saya merasa "berhutang budi" pada perusahaan tempat saya bekerja. Saya pun tidak bisa seenaknya pindah pekerjaan, karena tidak gampang untuk perusahaan menerima saya bekerja dengan keterbatasan saya. Bahkan, saya mungkin tidak akan resign, sampai saya memang tidak dibutuhkan lagi karena umur.

Yang kedua, produktivitas lebih tinggi.

Ketika saya sebagai penyandang disabilitas bekerja, fokus saya adalah melakukan yang terbaik tanpa adanya gangguan-gangguan untuk sekedar "bermain". Karena saya merasa, jika hasil pekerjaan saya tidak sesuai dengan standard perusahaan, maka saya bisa saja ditendang. Sehingga, saya akan menghasilkan karya yang terbaik bagi perusahaan.

Sumber ilustrasi: theguardian.com

Mereka tidak akan berpikir untuk berpindah-pindah, karena rasa syukur dan "hutang budi" kepada perusahaan yang mau mempekerjakan mereka.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline