Lihat ke Halaman Asli

Etah hu Tiga Raya (Pasar Tradisional di Sumatera Utara)

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419120845676493447

[caption id="attachment_342406" align="aligncenter" width="300" caption="Tiga Raya ( Sumber : beritasimalungun.com)"][/caption]

Etah hu Tiga Raya itu adalah bahasa Simalungun yang artinya mari ke pasar raya. Mungkin kedengarannya sedikit alay, masa ngajak temen main ke pasar, pasar tradisional lagi. Tapi mungkin itulah bedanya di daerah kami dengan daerah kompasianer yang sudah berada di kota. Pasar menjadi salah satu destinasi untuk refreshing. Bukan karena di daerah kami tidak ada tempat wisata, kami boleh  berbangga karena  berada di kawasan wisata seperti Danau Toba, Kawah Bukit Kapur, Air Terjun Sipiso-piso, dan masih beberapa tempat wisata lainnya. Namun bisa dikatakan bahwa selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, datang ke Tiga Raya merupakan kebiasaan setiap minggunya untuk masyarakat Raya dan sekitarnya.

Bagi masyarakat Raya baik yang masih tinggal di Raya maupun yang sedang merantau. Saya rasa, hampir semua bahkan katakanlah semua masyarakat Raya sudah pernah datang ke Tiga Raya sekali maupun beberapa kali. Karena Tiga Raya punya keistimewaan dibandinmg pasar yang lainnya., apa sajakah itu?

1.Jantung Perekonomian Masyarakat Raya,

Transaksi perkonomian tertinggi yang terjadi di Raya berlangsung pada hari sabtu, ketika Tiga Raya dibuka. Hal ini disebabkan karena pasar hanya ada sekali seminggu, sehingga kebutuhan untuk seminggu akan dibeli pada hari sabtu. Belakangan ini memang ada pasar” bayangan” pada hari kamis. Namun kesenjangan jumlah penjual dan pembelinya, pada hari kamis dan sabtu sangat jauh berbeda. Selain untuk membeli kebutuhan sehari-hari, waktunya petani menjual hasil panennya juga berlangsung pada hari sabtu di Tiga Raya. Selain itu para pekerja senin-jumat menambah penghasilan, melalui jualan Mi, jualan baju maupun sayur pada hari Sabtu.

[caption id="attachment_342407" align="aligncenter" width="300" caption="Pedagang Uttei Mukkur. Uttei Mukkur biasanya digunakan ketika sedang ziarah (sumber : beritasimalungun.com)"]

14191211701308863760

[/caption]

[caption id="attachment_342410" align="aligncenter" width="300" caption="Timbahou dipakai ibu-ibu untuk teman makan demban (daun sirih) (sumber: beritasimalungun.com)"]

14191217551781433485

[/caption]

2.Hari Thanksgivingnya Raya

Hidup di desa dengan di kota tentu berbeda, jika di kota kita bisa membeli makanan, barang kapanpun kita mau namun tidak jika disini. Mungkin itu alasannya kenapa masyarakat raya sekitarnya seperti saya sangat menanti-natikan datangnya hari Sabtu. Selain karena hari sabtu adalah hari libur untuk pekerja maupun pelajar,  pasar yang bukanya sekali seminggu membuat hari Sabtu menjadi seperti hari “Thanksgivingnya Raya”. Karena sudah bekerja dari hari senin sampai jumat, sehingga sabtu seperti hari untuk membalas semua kelelahan yang dialami pada weekdays sebelumnya. Hari sabtu adalah hari dimana kita bisa memamakan maupun membeli barang yang kita sukai. Pada umur saya yang sudah kepala dua dan sudah ngekost sekitar 8 tahun, kebiasaan menantikan makanan favorit dari Tiga Raya ketika pulang ke rumah masih berlaku sampai sekarang. Bahkan sampai saat ini, ada menu makanan yang hampir tiap hari Sabtu selalu dimasak oleh Ibu saya. Kita tidak bosan karena menu itu hanya ada hari Sabtu, karna bahan-bahannya dijual di Tiga Raya. Hari sabtu menjadi hari gembira karena uang hasil panen biasanya diterima pada hari Sabtu, sehingga kebanyakan orangtua memberi tambahan uang jajan kepada anaknya pada hari tersebut untuk pergi ke Tiga Raya.

[caption id="attachment_342408" align="aligncenter" width="300" caption="pedagang wortel yang sedang tidur selagi menunggu pembeli (sumber : beritasimalungun.com)"]

14191215232012940648

[/caption]

[caption id="attachment_342409" align="aligncenter" width="300" caption="Ikan Asin, Inang, kira-kira begitu pedagang ikan menjajakan ikannya (sumber : beritasimalungun.com)"]

1419121631629342685

[/caption]

3.Tempat Nongkrong

Melihat penjual atau pembeli datang ke Tiga Raya dengan piyama/ baju tidur seperti yang sering terjadi bila kita ke mini market, jarang terjadi disini. Kalaupun itu terjadi kemungkinan karena pembelinya bukan penduduk asli atau hanya ingin sarapan saja dan akan datang lagi ke Tiga Raya. Karena sudah biasa khususnya masyarakat yang rumahnya tidak terlalu jauh dari Tiga Raya datang ke pasar lebih dari sekali. Pagi-pagi hanya untuk membeli sarapan saja namun pada siang atau sore harinya datang lagi untuk membeli kebutuhan selama seminggu.

Namun kadang datang lebih dari sekali ke Tiga Raya, bukan saja untuk berbelanja tetapi untuk bertemu dengan sang pujaan hati, reuni dengan teman maupun untuk “cuci mata saja”. Karena selain sabtu itu libur, tambahan uang jajan yang diberikan orangtua membuat Tiga Raya menjadi tempat/spot untuk bertemu satu dengan yang lain.

Hal ini juga dituangkan di dalam syair lagu oleh penyanyi-penyanyi Simalungun yang terkenal seperti Jhon Eliaman, Fabo dan beberapaenyanyi lainnya  . Di dalam lirik lagu mereka menceritakan Tiga Raya tempat bertemunya kawula muda yang sedang masa pendekatan, yang ingin bertemu teman ataupun yang mau nge-date.

[caption id="attachment_342411" align="aligncenter" width="300" caption="Bareng yok ke Tiga Raya -makna lirik lagu- (sumber:youtube)"]

14191218861197697405

[/caption]

Memang Tiga Raya tidak hanya menjadi pasar tetapi juga sebagai saksi bisu kenangan-kenangan yang tercipta dari interaksi orang-orang yang datang ke Tiga Raya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline