Lihat ke Halaman Asli

Aksi Teroris Mencekam Paris

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14206359781770439535

Pagi ini, sekelompok orang bersenjata menyerang kantor majalah Charlie Hebdo di Paris. Serangan tersebut menewaskan 12 orang dan melukai 7 orang; 4 diantaranya dalam keadaan kritis. Dari 12 korban tewas, dua diantaranya adalah anggota kepolisian setempat.

Harian Le Figaro memberikan rekaan skenario penyerangan tersebut. Penyerangan diperkirkan terjadi pada pukul 11 waktu setempat. Dua orang bertopeng dengan senjata berat menyerbu masuk kantor majalah Charlie Hebdo di jalan Nicolas Appert nomor 10, 75011 Paris. Pada saat itu, sedang ada rapat dewan redaksi di sana. Serangan menewaskan beberapa jurnalis. Setelah melakukan aksinya, kedua penyerang mencoba melarikan diri. Upaya mereka dihalangi oleh patroli polisi. Terjadilah baku tembak yang menewaskan seorang anggota kepolisian. Di tengah pelarian, mereka keluar dari mobil hitam yang mereka bawa dan membajak sebuah mobil Citroen DS3 dan melukai seorang pejalan kaki. Para penyerang melaju ke arah XIXe arrondissement sampai di jalan Meaux di mana mereka meninggalkan mobil bajakan. Sampai di sini, aparat keamanan kehilangan jejak mereka. Menurut harian Le Figaro, pencarian dipusatkan di daerah Seine Saint Dénis, di pinggiran kota Paris.

[caption id="attachment_363514" align="aligncenter" width="300" caption="Foto pertama para pelaku penyerangan kantor majalah Charlie Hebdo. Sumber: lefigaro.fr"][/caption]

Seorang anggota keamanan menuturkan kalau kedua penyerang itu sempat salah alamat. "Mereka pikir kantor yang hendak mereka serang itu berada di jalan Nicola Appert nomor 6. Di sana mereka diberitahu kalau kantor majalah Charle Hebdo adanya di nomor 10. Mereka menyerbu masuk kantor ketika sedang berlangsung rapat redaksi. Para penyerang menggunakan senjata api tempur 'kategori pertama'." Kedua anggota polisi yang menjadi korban adalah mereka yang bertugas menjaga keamanan kantor majalah tersebut.

Presiden Perancis, François Hollande, langsung meninjau tempat kejadian. Dalam siaran persnya, beliau menyatakan bahwa serangan ini adalah sebuah aksi teroris. Beliau juga mengundang seluruh rakyat Perancis untuk bersatu menghadapi aksi teroris ini. Pihak keamanan langsung menerapkan situasi darurat tingkat tinggi untuk daerah Paris dan sekitarnya.

Ungkapan berbelarasa mengalir dari beberapa negara sahabat. Dari Inggris, Perdana Menteri David Cameron mengirimkan pesannya:The murders in Paris are sickening. We stand with the French people in the fight against terror and defending the freedom of the press.

Majalah Charlie Hebdo adalah sebuah majalah satirik. Majalah ini kerap memasang karikatur para tokoh agama tertentu. Oleh karena itu, banyak orang menduga kalau penyerangan ini merupakan aksi balas dendam sekaligus peringatan untuk tidak lagi menyinggung sentimen keagamaan. Sebuah video yang direkam dari sebuah atap di gedung terdekat memperlihatkan dua orang bersenjata dengan penutup muka yang berteriak, "Kami telah melakukan balas dendam untuk nabi Muhammad. Kami telah membunuh Charlie Hebdo."

Kesaksian lainnya datang dari seorang kolumnis yang bekerja di majalah itu:" Saya sedang keluar kantor untuk menjemput putri saya. Sampai di depan kantor, dua orang bertutup muka mengancam kami. Mereka ingin masuk kantor. Saya dipaksa membuka pintu dan menekan tombol kode masuk. Di dalam, mereka menembaki teman-teman saya, Wolinski, Cabu.... penembakan itu berlangsung selama lima menit. Saya melarikan diri dan berlindung sebuah ruangan... mereka berdua fasih berbicara Perancis... mereka menyatakan diri sebagai anggota Al Qaida."

[caption id="attachment_363535" align="aligncenter" width="640" caption="4 kartunis yang menjadi korban: Cabu, Charb, Tignous dan Wolinski. Sumber: lefigaro.fr"]

14206519931363759281

[/caption]

Selama ini, Perancis tergolong bebas dari serangan teroris. Sinyal akan terjadinya serangan sudah terbaca di akhir bulan Desember tahun lalu, ketika tiga tindak kriminal berbau motif keagamaan terjadi secara beruntun di tiga kota berbeda. Serangan teroris terakhir yang menimpa Perancis terjadi pada 25 Juli 1995 yang menewaskan 8 orang dan melukai 117 lainnya. Serangan itu terjadi di stasiuan kereta RER Saint Michel Paris. Kelompok Islamist Bersenjata (GIA) berada di balik serangan itu.

Sore hari setelah penyerangan berdarah, seluruh rakyat Perancis bergerak bersatu di banyak kota. Di Paris, ribuan orang berkumpul di lapangan Republique, di depan kantor Charlie Hebdo. Dengan lilin di tangan mereka berbelarasa dengan para keluarga korban penyerangan. Tidak ada bendera politik atau agama dikibarkan. Unjuk nurani sore ini merupakan jawaban atas tindak teroris yang menebar kebencian dan perpecahan. "Nilai-nilai demokrasi diserang pada jantungnya yang paling dalam," ungkap Sarkozy. "Saya adalah Charlie" "Je suis Charlie", begitu terbaca pada selembar kertas yang digenggam ribuan orang sore ini. Seolah hendak menyatakan, tindakan teroris tidak akan menghancurkan kebebasan berpendapat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline