Lihat ke Halaman Asli

Yeni Kurniatin

if love is chemistry so i must be a science freaks

[Blog Competition] Digital untuk Solusi

Diperbarui: 13 Desember 2016   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buruh Tani yang kebanyakan berusia lanjut dok : Pribadi

Ibarat sebuah pisau era digital bisa memberikan dua dampak besar pada kehidupan. Bisa membawa huru-hara atau dimanfaatkan untuk kebaikan. Kantun mangga dipilih sisi mana yang akan digunakan. Apakah akan digunakan untuk menyebar huru-hara, menabur kebencian yang sudah merasuk ketulang sendi atau memanfaatkan kebaikannya seluas-luasnya?

Adalah Pak Sanny Gaddafi, orang muda. Iya, dia masih muda. Membuat sebuah aplikasi yang sangat membantu kehidupan para petani. Saya adalah cucu dari Petani. Bapak saya dalam jiwanya juga seorang Petani tetapi semasa hidupnya dia menjadi seorang karyawan. Karena apa? Menjadi karyawan di nilai lebih aman daripada petani. Satu sisi lagi karyawan adalah sebuah kebanggaan. Apakah menjadi petani itu tidak membanggakan?  

Stigmanya sih begitu. Padahal menjadi petani adalah sebuah profesi yang mulia. Tanpa mereka apalah-apalah kita. Kita butuh bahan baku untuk diolah. Menjadi sebuah penganan yang hadir di meja, di café, di mall. Menemani kita saat hang out. Menemani kita di setiap kesempatan. Bukan hanya sekedar kebutuhan untuk mengenyangkan perut lapar. Apalah artinya perayaan tanpa ada makanan.

Keren atau tidak sebagai profesi tergantung pada mind set. Bobolokot, berkutat dengan tanah, berjemur di bawah mentari dianggap tidak keren. Tetapi seorang koruptor yang bisa mendirikan tempat ibadah, menyumbang anak yatim tentu membuat rasa keren yang bercampur dengan kebanggaan semu.

Sekarang orang-orang muda enggan menjadi petani karena selain tidak keren, proses yang harus dikerjakannya pun terlalu ribet. Terlalu gambling. Banyak pertaruhan. No secure. Tidak ada kepastian. Jadi tidak mengherankan usia para petani berkisar dari 40 tahun ke atas. Anak-anak mudanya lebih menyukai peruntungan di kota. Sialnya lagi banyak yang menggelandang dan terjerumus pada dunia kriminal.   

Kembali mengutip dari novel Cinta dalam Gelas milik Andrea Hirata (mosaik 12 hal. 55-56).

“Petani harus menyiangi lahan, menabur benih dan dengan telaten memelihara tanaman sampai panen, setiap waktu. Karena itu, mereka selalu tampak memegang dan mengerjakan sesuatu. Pacul dan sabit seperti perpanjangan tangan mereka. Perangai tanaman yang menuntut perhatian membentuk mereka menjadi tekun. Kebijakan mereka adalah tak menabur-tak memelihara-tak memanen. Falsafah petani membuat para petani menjadi pribadi-pribadi yang penuh perencanaan, penyabar dan gemar menabung.”

Seorang petani adalah seorang perencana yang harus sabar dan bisa berinvestasi. Mereka harus tunduk pula dengan kuasa alam. Pak Sanny menangkap kegundahan para petani dengan menciptakan aplikasi LISA (Layanan Informasi Desa), atau lebih populer dengan sebutan neng Lisa.

Neng Lisa menghubungkan para petani dengan para ahli pertanian dari IPB, UGM dan didukung oleh Kementrian Pertanian.

Awal mula meggunakan SMS karena pada saat LISA diluncurkan belum banyak petani yang menggunakan android. Menurut penuturan Pak Sanny, dengan kemudahan android ada beberapa petani yang patungan membeli gawai berbasis android. Para petani tentu sangat antusias dengan kehadiran neng LISA ini, karena dengan neng LISA para petani yang biasanya malu untuk bertanya dengan leluasa bisa megemukakan permasalahannya untuk mencari solusi kepada para pakar.

Tidak hanya itu Neng LISA membantu dalam penjualan hasil panen. Bibit, pupuk, pengendalian hama dan berbagai macam informasi yang dibutuhkan oleh para petani.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline