Lihat ke Halaman Asli

Pantang "Move On"

Diperbarui: 27 April 2017   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Kutunggu Jandamu.." adalah kredo para lelaki setia Indonesia, sejak dahulu kala. 

Hanya lelaki Indonesia, bukan lelaki Amerika, Eropa maupun Afrika.  Jatuh cinta itu sekali, setelah itu tak kan lagi.

Manakala lelaki remaja jatuh cinta kepada teman sekolahnya, atau kepada gurunya yang jelita, fokus pandangan matanya dan hatinya akan terkunci.

Jiwanya bagai menelusuri jalan yang ditapaki para sufi tanpa perlu pernah mendengar dan paham petuah Rumi. 

"Engkaulah satu di hatiku tak nampak yang lain."

"Dan kemanapun aku memandang, yang tampak hanyalah wajahmu."

"Setiap mendengar namamu disebut, gemetarlah hati ini."

Sayangnya survey menunjukkan, kebanyakan lelaki cintanya bertepuk sebelah tangan. Dari 500an siswa satu sekolah, 200an yang jatuh cinta, dan hanya 2-3 pasang yang jadian.

Maka lelaki remaja milenial itu lalu membongkar file mp3, memutar lagu "Pupus" Dewa seharian, lalu paham. Cintanya bertepuk sebelaaahhh taaangaaaaaannnn.....

Remuk hatinya tak bisa terlukiskan. Buih-buih kata dari mulut pujangga manapun tak bisa menggambarkan rasa yang bergejolak di hatinya.

Tapi bukannya hancur cinta di hati lelaki ini, malahan menjadi cinta yang abadi. Cinta abadi yang menjadi energi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline