Lihat ke Halaman Asli

Teguh Perdana

Menulis dan Berbagi Cerita

Mengingat Nasi Hangat Sego Megono dan Dinginya Udara Dieng

Diperbarui: 19 Juni 2020   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Dua wanita menikmati keindahan Dataran Tinggi Dieng yang berselimut kabut. (Foto: KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA)

Ponselku berdering dua kali tanda ada pesan WA masuk. Kala itu (27/12/18), baru dua hari aku merasakan minggu tenang sebelum UAS semester ganjil. 

Ketika kuperiksa, ternyata bukan pesan masuk, melainkan sebuah notifikasi group baru. Group tersebut berisikan sekitar 10 orang lebih dengan nama "Jangan Tanya Ini Grup Apa."

Karena ada keterangan tersebut, kuurungkan niat untuk menanyakan lebih lanjut mengapa aku dimasukan ke dalam grup antah berantah itu. Singkat kata, salah satu anggota grup bertanya "Kapan mau berangkatnya?"

Pertanyaan yang bukan saja membuatku semakin penasaran, namun juga begitu membuatku bingung. Tak berapa lama, pertanyaan itupun ditanggapi oleh salah satu anggota grup lainya, "Kita ke sana (Wonosobo/Dieng) sebelum tahun baru, biar bisa tahun baruan di Dieng."

Baiklah, jika Wonosobo atau Dieng, aku setuju. Dieng, tunggulah kedatangku.

Tanggal 31/01/18, matahari pagi telah menyinari langit Yogya. Semburatnya mampu melewati celah sempit tirai jendelaku. Ponselku yang tersimpan di pinggir kasur telah berbunyi sebanyak 3 kali. Rencananya, hari ini aku bersama 8 orang lainya akan menempuh perjalanan panjang dari Yogyakarta menuju Dieng dengan satu kali pemberhentian di daerah Wonosobo, tempat tinggal salah satu temanku.

Pukul 13.00 WIB adalah waktu yang kita sepakati untuk berkumpul dan memulai perjalanan ini. Hanya saja, rencana tersebut cuma sebatas isapan jempol belaka karena pada buktinya, baru selepas ashar perjalanan ini dimulai.

Perjalanan kali ini aku berboncengan dengan temanku menggunakan motornya. Hal tersebut dilakukan mengingat beratnya medan yang akan dilewati dan telah tuanya usia motorku.

Langit mendung dengan terpaan angin diselimuti deburan asap kendaraan, menjadi suguhan kami sepanjang perjalanan Yogya hingga Magelang. Kondisi jalanan pun masih seperti biasa, padat dan mengakibatkan macet di beberapa Km tertentu.

Lepas dari Magelang, suguhan pemandangan sawah makin banyak aku lihat. Pun dengan pohon-pohon di pinggir jalan, daun berjatuhan tersapu angin dari kencangnya kendaraan yang lalu lalang.

Hampir 4 jam lebih kami menempuh perjalanan Yogya-Wonosobo. Sebenarnya, waktu tempuh yang lama ini adalah akibat dari salah satu jalan alternatif yang sedianya akan kami lewati tengah dilakukan perbaikan. Alhasil, kami pun memutar otak mencari jalan terbaik selanjutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline