Lihat ke Halaman Asli

Budiman

Penulis

Populisme Politik di Era Kontemporer: Fenomena Global atau Lokal?

Diperbarui: 22 Februari 2024   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Newspaper (Sumber: Pixabay.com/Luisella Planeta LOVE PEACE )

Dalam beberapa tahun terakhir, kebangkitan populisme politik telah menjadi ciri utama lanskap politik global, memicu perdebatan dan diskusi mengenai asal-usul, sifat, dan implikasinya. 

Populisme, yang ditandai dengan daya tariknya terhadap kepentingan masyarakat biasa terhadap kepentingan elit atau kelompok mapan, telah menarik perhatian yang signifikan dari para akademisi, pembuat kebijakan, dan masyarakat umum. 

Namun, pertanyaannya tetap: Apakah populisme politik pada dasarnya merupakan fenomena global, atau lebih tepat dipahami sebagai serangkaian tren lokal?

Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama penting untuk mendefinisikan apa yang kami maksud dengan populisme politik. Pada intinya, populisme adalah sebuah ideologi politik yang mengadu domba "rakyat" dengan "kaum elit" dan menggambarkan kelompok "rakyat" sebagai kelompok yang baik dan homogen, sedangkan kelompok "rakyat" digambarkan sebagai kelompok yang korup dan mementingkan diri sendiri. 

Para pemimpin populis sering kali mengklaim bahwa mereka mewujudkan keinginan rakyat dan berjanji untuk memperjuangkan kepentingan mereka, seringkali menggunakan retorika sederhana dan taktik memecah belah untuk memobilisasi dukungan.

Sebuah perspektif menyatakan bahwa populisme politik memang merupakan fenomena global, yang dipicu oleh faktor-faktor sosio-ekonomi dan budaya yang melampaui batas-batas negara. Ketidakamanan ekonomi, kegelisahan budaya, dan persepsi akan pencabutan hak politik disebut-sebut sebagai pendorong populisme di berbagai belahan dunia. 

Munculnya globalisasi, kemajuan teknologi, dan terkikisnya lembaga-lembaga tradisional telah menciptakan lahan subur bagi para pemimpin populis untuk mengeksploitasi keluhan dan memobilisasi dukungan di antara segmen masyarakat yang tidak terpengaruh. 

Contoh tren global ini mencakup kebangkitan pemimpin seperti Donald Trump di Amerika Serikat, Jair Bolsonaro di Brasil, dan Viktor Orbn di Hongaria, yang semuanya memanfaatkan retorika populis untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan memajukan agenda mereka.

Namun, perspektif alternatif berpendapat bahwa meskipun populisme politik mungkin menunjukkan kesamaan tertentu dalam konteks yang berbeda, manifestasinya secara inheren dibentuk oleh dinamika lokal dan konteks sejarah, budaya, dan politik tertentu. 

Dalam pandangan ini, apa yang tampak sebagai gelombang populisme global, pada kenyataannya, merupakan serangkaian fenomena yang berbeda dan spesifik pada konteks yang didorong oleh serangkaian keadaan yang unik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline