REZEKI diterima seringkali beralih rupa menjadi barang dibutuhkan. Contoh: memperoleh bayaran pada hari Rabu, Kamisnya bayar ongkos bikin kacamata baru dan untuk lainnya. Impas dah!
Begitulah cara Tuhan menghadirkan kemudahan. Kejadian-kejadian tertata pas, selaras.
Barangkali orang tidak merasakannya, seperti konsumen warteg ini. Menyia-nyiakan rezeki di depan mata, menyisakan hidangan layak konsumsi sebagai buangan.
Boleh jadi ia berpikir, bahwa makanan dibeli dengan uangnya sendiri. Dimakan dengan mulutnya sendiri demi memuaskan perutnya sendiri. Seterah, eh, terserah mau dihabiskan atau tidak.
Saya melihatnya sebagai perbuatan sia-sia. Pembeli itu menyisakan makanan yang pada akhirnya dibuang oleh penjual nasi.
Berada di tempat makan itu satu jam, karena menunggu penyelesaian pesanan kacamata. Ke toko kacamata berhubung berkali-kali lensa kanan kacamata terlepas dari rangkanya.
Menuju toko kacamata (dokumen pribadi)
Ternyata pemakaian empat tahun cukup membuat lensa lelah berpegangan pada bingkai. Ditambah, empat atau lima kali kacamata jatuh membentur lantai.
Merekatkan kembali lensa ke rangka dan mengelemnya dengan UHU hanya menjadi solusi sementara. Maka, tibalah saat menempuh cara lem biru: lempar dan ganti baru!
Segelas kopi tanpa gula dan tempe tahu goreng (dokumen pribadi)