Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Sound of Borobudur, Sebuah Upaya Merekonstruksi Musik Indonesia

Diperbarui: 11 Mei 2021   05:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar penampilan Sound of Borobudur dari YouTube Kominfo Jateng (dokumen pribadi)

Sound of Borobudur. Selain menikmati visualisasi Candi Buddha terbesar di dunia, Ilustrasi alat-alat pada relief Borobudur di-replikasi dan dimainkan dalam komposisi yang indah. Upaya musisi tanah air itu patut dipuji, karena mereka ingin menjejaki gaya hidup bermusik pada masyarakat masa lampau.

Sayangnya, tidak ada catatan atau notasi yang menampilkan komposisi musik pada masa itu. Sehingga kita tidak tahu, dengan gaya apa alat musik itu dimainkan?

***

Sejarah yang berkaitan dengan bunyi-bunyian ritmis yang dapat didengar (audible) dijejaki dari abad 6000 SM pada peradaban Yunani Kuno. Kemudian berkembang selama Abad Pertengahan (500 SM -- 1200 M), Renaissance, Barok, periode musik Klasik abad ke-18, menyusul pada abad ke-18 sebagai musik Romantik, dan terakhir adalah musik modern pada abad ini.

Studi perkembangan musik ditelusuri dengan penekanan pada aspek bentuk (musical form), gaya (style), dan gaya hidup (lifestyle).

Pengajar pada Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, Hari Martopo menyebutkan bahwa itu semua itu sesungguhnya adalah Sejarah Musik Barat, meliputi musik-musik yang berada dalam lingkup kebudayaan Eropa Barat.

Secara historis ditunjukkan dengan adanya catatan atau notasi yang bisa dimainkan kembali (rekonstruksi). Bukti arkeologis lain berupa artefak-artefak, gambar-gambar di kuil, batu nisan. Bangsa Barat juga mengalihkan mitologi dewa-dewi menjadi pengetahuan logis.

Dengan konstruksi pemikiran serupa, sejarah musik di Indonesia digali dari peninggalan-peninggalan berharga. Candi yang terletak di kawasan Magelang, Jawa Tengah, menyimpan gambaran gaya hidup masyarakat pada waktu itu. Borobudur yang dibangun oleh Dinasti Syailendra (780-840 Masehi) itu juga meninggalkan jejak musik pada reliefnya.

Menurut Muhammad Taufik Dan Kawan-kawan, 1977, Relief Karmawibangga menggambarkan jenis-jenis alat musik, yaitu:

  1. Jenis Alat Musik Idiophone (kentongan dan kerincingan).
  2. Jenis Alat Musik Membraphone (gendang, kentingan).
  3. Jenis Alat Musik Chardophone (gambus, rebab).
  4. Jenis Alat Musik Aerophone (seruling, terompet).

Laporan studi tentang: Jenis-Jenis Alat Musik Pada Relief Karmawibangga Candi Borobudur tersebut menerangkan, bahwa relief Karmawibangga melukiskan kehidupan masyarakat Jawa Kuno sehari-hari pada abad ke-9 dan ke-10, termasuk alat musik yang digunakan.

Notasi dan jejak audible yang ditinggalkan, tidak tercatat di dalamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline