Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Misteri Gedung Veteriner dan Harga Daging

Diperbarui: 23 Januari 2021   19:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar bangunan adalah dokumen pribadi.

Sendiri berjalan, malam sepi. Bulu kuduk bangkit, mendorong kaki agar melangkah lebih cepat dan lebih gegas tiap kali menyusuri lorong itu.

Kengerian mengapit. Di sebelah kanan, bayangan gedung abu-abu peninggalan Belanda menjajah kalbu. Di sebelah kiri, pepohonan raksasa menyelimuti. Rasa takut menyiksa.

Sebelum dibangun rumah-rumah dinas, sisi kiri ke arah rumah saya adalah hutan kecil. Konon, dulu, merupakan bagian dari Kebun Raya Bogor. Bagian kanan berdiri bangunan pemerintah, Balai Besar Penelitian Veteriner (Balitvet).

Gedung tersebut dipantau ketat oleh secret service dan pasukan Detasemen Anti Teroris, saat kunjungan Presiden Amerika Serikat, Goerge W. Bush, ke Istana Kepresidenan Bogor pada tahun 2016.

Betapa tidak? Kantor yang berfungsi sebagai pusat penelitian penyakit ternak dan hewan itu menyimpan berbagai jenis sampel, termasuk bibit antrax dalam jumlah material. Jadi bayangkan, semisal muncul kebocoran atau tempat itu direbut oleh teroris, maka seluruh penduduk kota Bogor terancam terpapar penyakit mengerikan.

Sesungguhnya, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian memiliki satu lagi lembaga yang bertugas meninggikan taraf hidup para ternak, yaitu Balai Penelitian Ternak (Balitnak).

Mengenai tupoksi lembaga-lembaga riset itu bisa ditengok di sini.

Institusi negara itu sejatinya berada di bawah manajemen Kementerian Pertanian. Ia bertanggungjawab atas kebijakan agar industri peternakan nasional mampu memenuhi konsumsi daging penduduk Indonesia.

Menurut menteri Syahrul Yasin Limpo, 270 juta penduduk Indonesia memakan daging sapi sebanyak 700 ribu ton (Januari 2020) yang dipasok dari peternakan domestik 400 ribu. Sisanya dibeli dari negara lain dalam bentuk sapi hidup dan daging beku yang setara dengan 1,3 sampai 1,7 juta ekor sapi dan kerbau.

Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI Fadjar Sumping, Kamis (21/1/21), berujar, "Untuk memenuhi kekurangan daging tersebut, pemerintah akan melakukan impor sapi bakalan sebanyak 502.000 ekor setara daging 112.503 ton, impor daging sapi sebesar 85.500 ton, serta impor daging sapi Brasil dan daging kerbau India dalam keadaan tertentu sebesar 100.000 ton. Stok di akhir tahun 2021 diperkirakan sebesar 58.725 ton diharapkan juga mampu memenuhi kebutuhan bulan Januari 2022."

Narasi itu disampaikan merespons kenaikan harga yang mengakibatkan pemogokan para penjual daging. Pemicu melonjaknya harga jual dipengaruhi oleh harga sapi Australia yang merambat naik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline