Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

[Cinta] Senja Tenggelam di Balik Jendela Zanzibar

Diperbarui: 14 Maret 2020   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Pujian yang kulontarkan disambut dengan menarik ujung bibir mengguratkan lesung pipit, rona merah merambati wajah bening.

"Terimakasih", suara lembut melayang dari mulut mungil menawan.

Posturnya biasa saja berdasarkan kelaziman, tidak tinggi pun tidak terlalu pendek. Namun gadis di depanku merupa mahluk sedap dipandang mata ciptaan Pemilik Keindahan.

Biasanya wanita cantik aku kenal di kafe-kafe atau klub malam. Selumrah ketika melemparkan senyum, duduk dekatnya, berkenalan, akrab dalam semalam, dilanjutkan gelora lusuh. Selalu begitu akhir ceritanya.

Berbeda dengan gadis di hadapanku sekarang ini.

"Sekali lagi, maaf saya lupa, siapa namamu?.

Dengan lirih ia menyuarakan nada indah, " Melati...".

Seperti ini yang kubayangkan dalam angan, bunga melati mekar, merekah diantara daun-daun berembun, melambangkan: putri putih suci di tahta beludru hijau, segar di tengah dengung mesum pengunjung, indah dilatari atmosfer musik asmara dan berpendar mempermalukan temaram ruang dansa.

Sore itu semangatku berkecambah mendorong-dorong tanduk di kepala. Aku merancang kata-kata yang sekiranya mampu meluluhkan pembicaraan supaya lebih bersahabat.

Tepat sebelum light house music menghentak, seorang pria lebih muda dariku tergopoh-gopoh datang lalu duduk di sebelah gadis belia itu, menciumnya, memeluk erat, berkata, "maafkan daku sayang, ada pertemuan yang membuatku terlambat datang".

Senja yang tenggelam di balik jendela Zanzibar Club menyadarkan, bahwa aku terlalu cepat dilahirkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline