Lihat ke Halaman Asli

budi prakoso

mari jaga kesehatan

Pendidikan Karakter Harus Bisa Beradaptasi di Era Digital

Diperbarui: 5 Maret 2019   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan Karakter - http://menarapendidikan.blogspot.com

Di era milenial seperti sekarang ini, semuanya serba terdigitalisasi. Banyak perusahaan media mulai bertransformasi dari cetak menuju digital. Banyak perusahaan buku mulai banyak yang melirik e-book. Semua laporan perusahaan, lembaga dan kementerian, juga mulai beralih ke digital. Selain mengurangi konsumsi kertas, pola ini dianggap lebih efektif dan efisien. Hanya dengan menggunakan smartphone, tab, ataupun laptop, kita bisa melakukan apa saja. Bahkan, sistem pendidikan pun saat ini juga sudah mulai menerapkan sistem e-learning. Pengajar dan peserta didik tak perlu lagi bertatap muka secara langsung. Tatap muka digantikan dengan menggunakan kecanggihan teknologi.

Metode e-learning ini tentu bagus karena merupakan bentuk adaptasi perubahan zaman. Namun sistem ini nampaknya masih harus terus ditingkatkan, untuk bisa mengadopsi pendidikan karakter para generasi muda saat ini. Karena pendidikan karakter umumnya efektif dilakukan dengan cara bertatap muka secara langsung. Sehingga komunikasi dari hati ke hati bisa dilakukan. Kita akan bisa merasakan bagaimana reaksi peserta didik secara langsung. Bisa menerima, menolak atau sebagainya.

Pendidikan karakter sejatinya merupakan dasar segala pendidikan yang ada. Sepintar apapun siswa tersebut, seinovoatif apapun siswa tersebut, akan tidak ada gunanya jika kepandaian yang dimilikinya tidak diimplementasikan untuk kepentingan masyarakat luas dan tidak digunakan untuk kepentingan yang positif. 

Di era milenial sekarang ini, banyak sekali anak-anak yang kepintarannya diatas rata-rata. Banyak sekali anak-anak yang melek teknologi, dibandingkan anak-anak di era sebelumnya. Mereka sudah familiar dengan yang namanya gadget, internet, dan lain sebagainya. Namun, tidak sedikit dari anak-anak yang melek teknologi ini salah arah karena didikan yang salah.

Banyak anak muda yang paham tentang teknologi, tapi justru salah pergaulan dan bergabung dengan kelompok radikal. Akhirnya mereka pun menggunakan kemampuannya untuk merakit bom. Banyak anak yang paham tentang computer, tapi kemampuannya justru digunakan sebagai untuk membuat virus. Banyak anak yang paham tentang media sosial, tapi justru sering menebarkan pesan kebencian dan kebohongan di dunia maya. Dan semuanya itu, telah terjadi di negeri yang katanya sangat menjunjung toleransi ini. Semuanya itu terjadi di negeri yang sangat menjunjung tinggi kemanusiaan.

Generasi yang salah arah di era milenial ini, harus kembali diluruskan. Ingat, tahun politik ini telah membuat intensitas penyebaran hoax dan kebencian terus semakin massif. Lalu, sudah marakkah pesan-pesan inspiratif yang menyejukkan di era masifnya hoax dan kebencian di dunia maya? Sudahkah banyak anak-anak muda yang ahli di bidangnya masing-masing, menggunakan kepandaiannya untuk kepentingan masyarakat luas? Jika kita masuk dalam kategori anak yang pasif, saatnya berbuat. Saatnya memperbanyak berbuat baik untuk semua orang, untuk lingkungan, untuk masyarakat dan bangsa ini. Jika generasi mudanya aktif bertutur dan berperilaku baik, maka negeri ini akan berkembang menjadi lebih baik.

Semuanya itu bisa terjadi jika generasi mudanya tidak lupa Pancasila, tidak lupa nilai-nilai kearifan lokal, dan tetap mengedepankan rasa saling menghormati dan menghargai. Semuanya itu bisa dilakukan jika pembangunan karakter sejak dini bisa terjadi. Karena itulah, di era milenial yang serba online ini, pendidikan karakter harus bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi, agar bisa memperkuat fondasi generasi penurus bangsa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline