Lihat ke Halaman Asli

buaya dayat

Penulis Lepas (Iklan, skenario, dll.)

Joker dalam Wujud Perempuan

Diperbarui: 23 Februari 2025   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IMDb

(Spoiler alert!) Siapakah tokoh wanita terseram di film Indonesia? Apakah sosok Ibu di film Pengabdi Setan? Atau Nyi Misni di Perempuan Tanah Jahanam? Jawaban versi saya adalah sosok manis tanpa tanda-tanda bengis: Arini di jagat Love for Sale 2!

Della Dartyan sebagai Arini menjadi sosok wanita dengan kekuatan super paling jahanam, mudah membuat orang di sekitarnya baper. Arini seperti candu yang bikin ketergantungan secara perlahan.

Jika di film pertamanya dia membuat jatuh bangun seorang jomblo bulukan bernama Richard (Gading Marten), maka di film kedua, Andi Bachtiar Yusuf sang sutradara, menyuntikkan morfin cap Arini di pembuluh rasa sebuah keluarga.

Ketika di film pertama Arini tampil cerdas dan supel untuk menyinari dunia Richard yang jomblo kuper, maka di film kedua Arini disewa Ican (Adipati Dolken) pemuda fuckboy yang tak kesulitan mencari teman berhubungan badan, tapi sungguh kesulitan membahagiakan Ibundanya (Ratna Riantiarno). Maka layaknya bunglon, Arini pun berubah kalem dan penurut, membuat hati sang Bunda kepincut.

Arini masuk ke dalam keluarga Bunda yang tak bahagia. Pelan-pelan memancarkan auranya yang memabukkan ke semua anggota keluarga, wabilkhusus Bunda. Peran adik-kakak yang familiar membuat film ini terasa dekat.

Ada sosok Ario Wahab si sulung yang penurut dan Bastian Steel si bungsu yang pembangkang. Plus para menantu yang tak kunjung memuaskan Bunda. Tak heran, Ican si anak tengah, memilih membujang.

Yang membuat terpikat adalah percakapan yang tak dibuat-buat, suara latar yang sangat nyata. Membuat kita percaya bahwa ini memang bisa kejadian di pinggiran Jatinegara.

Pemeran pendukung pun tampil cemerlang : Yayu Unru (alm.) tak ubahnya Serverus Snape yang menjaga terus cinta sejati meski tak memiliki. Bastian Steel menampilkan akting terbaiknya, sementara Revaldo menyisipkan jeda tawa ala anak tongkrongan.

Andi Bachtiar Yusuf seperti antidot H.C. Andersen. Sutradara ini ahlinya menyelipkan derita di akhir cerita. Sayangnya beliau tak ahli menyisipkan iklan dalam cerita (Kasar bin maksa). Untunglah itu terasa sepele melihat semesta cerita yang disajikan. Arini tampil lebih manusiawi. Percakapannya dengan Bunda, dan saat dia sendirian di kamar sedikit menguak ada cerita masa lalu meskipun samar.

Sesamar ujung cerita yang bikin penasaran. Saya berharap akan ada prekuel yang menjelaskan, "Kenapa Arini bisa menjelma sosok Joker perempuan?" yang memiliki jurus pamungkas, meninggalkan saat lagi sayang-sayangnya.. :p

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline