Lihat ke Halaman Asli

Refleksi Buku "Pendidikan Kaum Tertindas"

Diperbarui: 13 April 2022   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pemikiran Paulo Freire sangat berpengaruh besar dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Buku ini bertujuan untuk menjelaskan kepada pembacanya tentang perjalanan hidup Freire karena hal tersebut berkaitan erat dengan pendidikan kaum tertindas.

Paulo Freire merupakan seseorang yang sangat mendalami ilmu pendidikan, terutama setelah  menikah dengan Elza Maia Costa Oliviera yang merupakan seorang guru. Meskipun Freire lulus dari jurusan hukum, namun minat beliau terhadap pendidikan jauh lebih besar daripada hukum itu sendiri. Meskipun beliau memiliki latar belakang sebagai sarjana hukum, ia bisa mendapatkan jabatan sebagai Direktur Bagian Pendidikan dan Kebudayaan SESI.

Friere berpendapat bawa pendidikan yang menggunakan cara menggurui serta hafalan merupakan cara yang salah yang dapat menyebabkan seseorang sulit untuk berkembang. 

Hal ini sama dengan pendidikan di Indonesia pada zaman kurikulum KTSP; setidaknya itu yang saya rasakan selama ini. Kritikan Paulo Freire terhadap kaum cendekiawan Brasil yang mempertahankan status quo demi keuntungan yang dinikmati. Namun, pada akhirnya Freire dipenjara karena dituduh menjalankan kegiatan subversif, yaitu percobaan pemberontakan demi merubuhkan struktur kekuasaan.

Berangkat dari kasus tersebut, Paulo Freire tidak diperbolehkan untuk menginjakkan kakinya lagi di Brasil. Namun, Freire tidak putus asa. Beliau kembali melanjutkan hidup di Cile, tempat ia bekerja selama 5 tahun. Kebijakan Freire tentang pendidikan yang telah direstui oleh Presiden Eduardo Frel menarik perhatian UNESCO sehingga Cile dianggap sebagai salah satu negara yang berhasil mengatasi tuna aksara.

Karena hal ini, Freire diundang oleh Amerika Serikat untuk menjadi tenaga ahli serta guru besar di Universitas Harvard. Amerika yang pada saat itu mengalami banyak sekali permasalahan membutuhkan Freire untuk memperbaiki situasi tersebut, sehingga Freire memperluas pengertian Dunia Ketiga. Setelah mempelajari hal tersebut, Freire menciptakan tulisan karangan yaitu "The Adult Literacy Process as Cultural Action for Freedom" pada tahun 1970 serta "Cultural Action and Consclentization" pada tahun 1970.

Hal pertama yang dibahas dalam buku ini adalah tentang humanisasi dan dehumanisasi. Humanisasi yaitu sesuatu yang harus diperjuangkan, yaitu untuk memanusiakan manusia. Sementara dehumanisasi adalah kebalikan dari humanisasi, yaitu perbuatan yang merendahkan manusia. 

Kesadaran manusia tentang humanisasi dapat muncul apabila terdapat pemahaman mengenal relasi antara kaum penindas serta yang tertindas. Untuk membuat hal ini terjadi, maka dibutuhkan pendidikan kepada kaum tertindas agar mereka mengetahui apa yang salah dan apa yang benar.

Dalam buku ini dijelaskan tentang kebutuhan pendidikan bagi para kaum tertindas serta apa saja proses pendidikan bagi kaum tertindas. Freire berkata bahwa dalam sistem pendidikan lama, tidak ada proses antara pendidik serta pelajar. 

Hal ini menyebabkan terjadinya penindasan dari seseorang yang mengerti segudang ilmu kepada orang yang tidak mengetahui apa-apa. Apabila hal ini terus terjadi, maka penindasan akan terus-terusan terjadi dan tidak akan ada habisnya.

Oleh karena itu, Friere menciptakan pendidikan yang disebut problem-posing education". Sistem pendidikan yang diciptakan oleh Friere ini menjadikan pendidik dan pelajar adalah satu objek yang sama, tidak lagi pendidik yang memberikan materi, namun pendidik serta pelajar berpikir bersama untuk memecahkan suatu permasalahan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline