Lihat ke Halaman Asli

Ruang Berbagi

TERVERIFIKASI

🌱

Kalau Jumpa Pastor Katolik, Harus Panggil Gimana?

Diperbarui: 6 Juli 2021   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau Jumpa Pastor Katolik, Harus Panggil Gimana? (foto: koleksi pribadi)

Baru beberapa hari saya nimbrung di Kompasiana. Status "profesi" saya adalah pastor dan biarawan.

Saya memang sengaja tidak memberi keterangan, misalnya: mohon panggil saya "tronjal Bobby" atau "tronjol Bobby". Saya biarkan saja sobat Kompasianer memanggil saya sesuai kehendak masing-masing.

Apa yang terjadi? Ada yang memanggil saya Mas, Pak, Romo, dan Pastor. Saya sama sekali tidak mempermasalahkan. Semuanya sah-sah saja. Toh saya memang laki-laki 30++ (per Januari 2019) sehingga wajar saja dipanggil Mas atau Pak. 

Bahkan kalau sobat Kompasiana memanggil saya "Bobby" saja tanpa embel-embel, saya merasa biasa-biasa saja. Memang itu nama yang diberikan orang tua saya. Apalagi di Eropa, misalnya, orang biasa saling memanggil dengan nama saja (kalau sebaya atau merasa sudah dekat).

Pastor ituSiapa Sih?

Gereja Katolik ritus barat (Romawi) "menggolongkan" umatnya jadi dua bagian besar. 1) Kaum yang menerima tahbisan (pastor/imam dan diakon) dan status kebiaraan sebagai biarawan dan biarawati. 2) Kaum awam, yakni kaum beriman yang tidak menerima tahbisan dan status kebiaraan sebagai biarawan dan biarawati.

Kekhasan para pastor, biarawan, dan biarawati Gereja Katolik ritus barat (Romawi), antara lain, adalah bahwa mereka (saya juga, dong) tidak menikah demi melayani Tuhan dan Gereja-Nya secara penuh. Apakah ada dasar dalam Alkitab? (Catatan: ini penafsiran Katolik Romawi, yang bisa jadi berbeda dengan penafsiran gereja-gereja lain)

Baca juga : Ajaran Paulus yang Perlu Dicontoh Ustad, Kyai, Biksu, Pendeta dan Pastor

Dasar paling jelas adalah Yesus sendiri yang tidak menikah. Tidak ada satu pun kitab dalam Perjanjian Baru yang mencatat bahwa Yesus pernah menikah. Yesus sendiri pernah menyebutkan bahwa ada orang-orang yang tidak menikah demi Kerajaan Allah (Injil Lukas 18:28-30, Matius 19:27-30; Markus 10:20-21).

Dalam perkembangan sejarah kekatolikan, frase "demi Kerajaan Allah" perlahan dipahami sebagai "demi pengabdian penuh pada Tuhan dan Gereja". 

Saya mungkin akan membahas lebih lanjut soal selibat (tidak menikah demi alasan relijius) ini di lain artikel mengingat luasnya cakupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline