Lihat ke Halaman Asli

Ahok dan Kemanusiaan Kita

Diperbarui: 26 September 2015   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejatinya nafas universal semua manusia adalah keberpihakan kepada kemanusiaan. Semua kita akan serempak satu suara saat melihat tragedi Mina. Kita mengelus dada dan bersedih hati melihat korban bergelimpangan tertindih, terinjak injak hingga mati mengenaskan.

Mata kita berkaca kaca ketika ratusan ribu pengungsi Suriah lari dari negaranya menuju Eropa hanya untuk berjuang hidup dari teror yang melanda negrinya.

Di ruang lain, penerimaan Eropa atas tragedi pengungsi Suriah membuat kita bernafas lega. Legitimasi bahwa manusia memandang manusia sebagai manusia ternyata masih ada. Kemanusiaan menjadi panglima para pemimpin dalam memutuskan kebijakan berat itu meski banyak pertentangan terkait ongkos penanggulangan pengungsi yang mahal dan dampak sosial ikutannya.

Sejarah peradaban manusia selalu dalam dua sisi ini. Memakan sesama manusia atau memelihara kemanusiaan. 

Di tangan pemimpin hitam putihnya kehidupan itu tertulis. Seorang Albaghdadi pemimpin ISIS dengan sekali perintah bisa membunuh ribuan orang tanpa alasan  tanpa keadilan. Seorang Bush bisa menyerang Saddam Hussein dengan alasan yang mengada ada, ada senjata pemusnah massal di Irak sana. Menyerang untuk merampas.

Kecerdasan, kepintaran, keberanian, ketegasan, kemampuan manajerial dalam diri seorang pemimpin dimiliki oleh hampir semua pemimpin. Itu pasti. 

Namun, sayangnya semua kecakapan kepemimpinan itu bisa menghasilkan hasil berbeda. Pembedanya adalah empati atau welas asih.

Pemimpin yang kering welas asih atau empati menjadikan kecakapannya itu untuk menguras dan memeras manusia yang dipimpinnya. Pemimpin yang buta welas asih akan merampas kehidupan manusia lainnya. Bahkan bisa dengan tega membenturkan antar manusia demi ambisi kekuasaannya. 

Begitu besarnya pengaruh seorang pemimpin dalam perjalanan sebuah bangsa. 

Dalam lingkup pemimpin lokal, Ahok telah menerobos ruang penghormatan publik lokal Jakarta  hingga menembus skala nasional bahkan Internasional. Ahok hadir menjawab tarikan doa dan nafas kita bahwa kita membutuhkan pemimpin yang mampu memanusiakan manusia. Membela kemanusiaan manusia.

Ahok menjadi pemimpin yang hidup untuk menghidupkan kehidupan. Keberpihakan Ahok pada keadilan, kemanusiaan adalah sebuah proklamasi kemerdekaan dirinya untuk apa Ia hidup dan untuk apa Ia mati. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline