Lihat ke Halaman Asli

zahwan zaki

Alumni IAIN SAS Babel (Pendidikan) dan Alumni STIA-LAN Jakarta (Bisnis)

Mahasiswa Tuntut Kampus! UKT Tetap, Turun atau Stop?

Diperbarui: 5 Juni 2020   12:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Mahasiswa Unnes Demo terkait UKT/kompas.com

UKT adalah singkatan dari Uang Kuliah Tunggal, yang merupakan sebuah sistem pembayaran yang saat ini berlaku untuk seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia. Ketentuan ini diberlakukan berdasarkan Permendikbud No. 55 Tahun 2013 pasal 1 ayat 3, yakni setiap mahasiswa hanya membayar satu komponen saja per semester (Diambil dari sevima.com).

Besaran UKT Pada Perguruan Tinggi Negeri:

Untuk kelompok UKT pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN), antara kampus negeri satu dengan yang lainnya bervariasi. Misalnya, kelompok UKT pada PTN di bawah Kemendikbud berbeda dengan kelompok UKT pada PTN di bawah Kementerian Agama. 

Antara lain, UKT PTN  pada Kementerian Agama, dapat dilihat pada KMA RI Nomor 1195 Tahun 2019 Tentang Uang Kuliah Tunggal pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri di Kementerian Agama Tahun Akademik 2020-2021. Terdapat tujuh kelompok UKT per semester pada PTKIN di Kementerian Agama, dan masing-masing kampus kelompok UKT nya pun berbeda-beda. Misalnya, UKT di IAIN SAS Babel hanya ada 5 Kelompok (Kelompok I: 400.000, Kelompok II: 1.000.000, Kelompok III: 1.300.000, Kelompok IV: 1.500.000, dan Kelompok V: 1.700.000). Sedangkan UKT di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta terdapat 7 kelompok UKT, paling rendah di Kelompok I sebesar 400.000 dan paling tinggi di kelompok VII sebesar 7.500.000.

Mengapa Mahasiswa Menuntut?

Persoalannya dimulai dari adanya kebijakan pembelajaran kampus terkait Masa Darurat Covid-19. Kampus memberlakukan kuliah jarak jauh (distance learning) pada masa darurat covid-19, di antaranya pembelajaran daring (e-learning), yang dimulai sejak akhir Maret 2020 dulu, dalam artian para dosen bekerja dari rumah (work from home), begitu juga mahasiswa kuliah dari rumah. Mau tidak mau, mahasiswa harus mengikuti cara belajar yang ditentukan oleh dosen. 

Di antara ragam bentuk kuliah daring itu adalah: 1) Google Classroom, 2) Moodle e-learning dengan tekhnologi PHP-MySQL, 3) Cloud Meeting, atutor, audio dan video conference serta video broadcasting, dan 4) Model pembelajaran berbasis internet dan web lainnya yang relevan.

Dengan pemberlakuan kuliah daring ini, mahasiswa harus memiliki laptop atau handphone android beserta paket data internet yang cukup. Nah, disinilah problemnya. 

Tidak semua mahasiswa memiliki laptop atau hp android. Belum lagi mahasiswa yang tinggal di suatu daerah yang jaringan internetnya masih belum lancar, ini menambah problem dalam perkuliahan mahasiswa. 

Tidak semua mahasiswa dari sisi ekonominya berkecukupan, jangankan untuk beli paket data internet, dampak wabah covid-19 ini, untuk makan sehari-hari keluarganyapun barangkali masih ada yang kurang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline