Lihat ke Halaman Asli

Bernorth M

Volunter, Penulis, Pengembang Aplikasi

Bonus Demografi, Pengangguran dan Kaitannya dengan Kaum Muda

Diperbarui: 2 Januari 2018   21:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A Martian tsunami would have been much larger than anything ever witnessed on Earth. SHANNONSTENT/GETTY IMAGES

Bisa jadi, tahun 2028-2030, akan sering terjadi kerusuhan dan Isu SARA yang semakin menjadi-jadi. Dan, itu bermula dari tingkat pengangguran yang tinggi. Faktanya kita semua tahu, ada sekitar 7,04 juta pengangguran pada tahun 2017. Konyolnya, yang paling banyak mengangggur itu justru adalah yang berpendidikan tinggi, yaitu Sarjana/diploma dan SMA/SMK. Sekitar 1,6 juta jiwa ! Ini Aneh sekaligus anomali di negara kita yang kaya akan sumber daya alam, sehingga harusnya lapangan pekerjaan tersedia lebih luas dan banyak ragam usaha !

Data BPS juga memaparkan, februari 2017 angkatan kerja ada sekitar 131 jutaan. Saat ini, kita yang berusia sangat produktif 15- tahun hinggga 49 tahun ada sekitar 140 juta ! Maksudnya, usia produktif adalah usia yang layak bekerja atau bahasa kerennya, sudah bisalah berpenghasilan dan bekerja. Sebenarnya usia 50-64 tahun termasuk juga usia produktif. Ada sekitar 30 jutaan di Indonesia. Tapi seperti kita tahu, ini biasanya kondisi dimana kecenderungan orang-orang bermain aman dalam hidupnya. Benang merahnya, masih ada sekitar 25-30 jutaan yang bekerja tapi serabutan atau punya usaha tapi tidak terdata.

Nah, jika semakin kita dalami lagi, bisa jadi, keanehan atau anomali itu di sebabkan oleh "disrupsi" yang akhir-akhir ini sering kita baca atau dengar di media televisi. Maklumlah, kalau profesor yang sudah memaparkan atau bikin "statement" pastilah banyak yang angguk-angguk kepala, walaupun banyak yang tidak paham. Kenapa tidak paham ? Karena istilah "disrupsi" ini seolah-olah perusahaan besar yang menjalankan perusahaannya dengan konvensional atau istilahnya tidak berubah menjadikan daya ungkit inovasi teknologi akan tenggelam. Misal ; perusahaan tidak beradaptasi dengan teknologi dengan tidak  menggunakan aplikasi dalam berpromosi dan menggaet pasar baru. Benarkah demikian ? ( nanti di akhir tulisan saya paparkan )

Memang ada data yang dikeluarkan dari Badan Pusat Statistik ( BPS ) yang menunjukkan, sektor Informasi dan komunikasi ( Infokom ) naik paling tinggi di antara sektor lain. Dari datanya ada sekitar 9,3 % peningkatan tahun 2017, karena di sebabkan penjualan dalam jaringan dan penggunaan paket data. Jadi, industri besar seperti manufaktur yang sebenarnya besar menyerap tenaga kerja, agak sedikit melempem.

Kalau di perhatikan memang sepertinya ada hubungannya mengapa sektor infokom meningkat. Generasi Nowsekarang sangat suka teknologi dan lihai menggunakannya. Dari menggunakan gawai ( smartphone ), komputer/laptop dan aneka media sosial untuk bernarsis ria di dunia online yang katanya sekarang telah berpenduduk lebih dari 2 miliar untuk facebook saja !. Indonesia menjadi salah satu penduduk paling ramai di media sosial berwarna biru ini. Prediksinya ada sekitar 115 juta pengguna !

Ruginya kita para pengguna ini, tidak mau memamfaatkan media sosial biru ini untuk bisa berpenghasilan. Celakanya, para pengangguran yang terdidik dan biasanya memang sangat suka media sosial juga tidak melihat potensinya. Padahal, jika kita lihat data lagi, ada sekitar 132 juta pengguna internet sekarang di Indonesia. Ibaratnya lagu terkenal Koes Plus, media sosial ini bukan saja hanya lautan berombak gak jelas juntrungannya, tapi ini "kolam susu" raksasa yang siap kita minum, jika saja kita siapkan gelas. Kalau mau lebih besar lagi, sediakan ember biar makin sehat alias dompet tebal. Cihuyyy...

Dari tadi kita cerita istilah usia produktif, disrupsi, dan miliaran pengguna medsos, terus pakai nakut-nakutinbahwa tahun 2028-2030 bakal terjadi kerusuhan dan isu SARA yang  penyebabnya pengangguran, tapi belum ada juga sepertinya solusi praktis untuk mengatasinya. Ibarat minum kopi atau teh goyang belum ada makanannya penutupnya.

Tahun 2028-2030 ( ini bukan kode demo  ya...upsss ) adalah penanda puncak usia produktif atau usia layak kerja kita di Indonesia akan ada sekitaran 180 juta jiwa. Istilah kerennya bonus demografi. Intinya, akan lebih banyak usia produktif daripada tidak produktif.  Saat ini, ada sekitar 140 juta usia produktif. Coba kita bayangin, usia produktif 140 juta saja ada penggangguran 7 jutaan, apa yang bakal terjadi jika ada 180 jutaan ? Penduduk di Indonesia bakal berebut untuk mendapatkan pekerjaan. Yang dapat pekerjaan akan bersyukur, tapi yang tidak dapat bagaimana ? Makan kayu aja mang bisa ?

Apalagi, di tahun puncak usia produktif tersebut ada sekitar 70-80 juta yang berusia 15-34 tahun yang bisa kita sebut kaum muda. Berlimpahnya kaum muda ini, tentu saja harus makan/ minum, sekali-kali jalan-jalan, dan ganti smartphone dan pada akhirnya berkeluarga.Masak iya, dari ortu terus ? Kaum ini butuh pekerjaan. Sekali lagi, pekerjaan yang menghasilkan uang, entah bagaimana caranya.

Kita sama-sama tahu, kalau perut saja tidak berisi, orang akan mudah marah, ribut, dan berontak ( istilah kasarnya otak gak jalan ). Lama-kelamaan ini akan menimbulkan gejolak. Apalagi, jelang pilkada, kaum muda ini akan muda di pengaruhi, terprovokasi untuk ikut berdemo dengan harapan dapat bayaran. Belum lagi, saat ini marak pola investasi bodong yang katanya bisa bikin cepat kaya. Apa itu mungkin bisa terjadi karena hanya tidak makan? Kalau kurang percaya, coba saja anda tidak makan seharian atau kalau terlalu sulit dan ekstrim, coba saja minum air berhari-hari. Kira-kira, apa bisa berpikir kreatif dan jernih melihat peluang pekerjaan atau usaha ?. Kesimpulannya, kalau ada yang mau kasih makan atau iming-iming kaya dengan cepat, pastilah di terkam. Di sikat langsung. Gak perlu pakai pertimbangan, apalagi tanya kiri-kanan.

Melirik potensi sektor infokom yang ada hubungannya dengan media sosial dan internet ( psstt...sekedar informasi saat ini ada sekitar 94 pengguna smartphone di Indonesia), ini adalah potensi menarik dan "seksi" untuk di garap para kaum muda produktif. Pertama, tentu saja ini tetap harus di awali dengan belajar. Kabar baiknya, hal-hal yang berhubungan dengan penjualan atau jasa yang bisa di pasarkan bisa di pelajari lewat internet juga. Kawan-kawan bisa belajar dari tutorial lokal maupun mancanegara ( bagi yang jago bahasa Inggris ). Di website, media sosial, aplikasi bertebaran informasi gratis yang bisa di mamfaatkan. Syaratnya, cuman ada kuota atau nokrong di warung internet.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline