Lihat ke Halaman Asli

Berliani November

Mahasiswa : komunikasi

Waspada Provokasi di Aksi Demo, Masyarakat Diminta Tetap Bijak

Diperbarui: 3 September 2025   11:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Polisi menangkap seseorang pria berinisial RAP buntut menyebarkan cara pembuatan bom . (CNNI Dias).

Jakarta -- Situasi demo di beberapa daerah belakangan ini kembali diwarnai isu provokasi. Terbaru, pihak kepolisian mengamankan seorang pria berinisial RAP, yang dijuluki "Profesor R", karena diduga menyebarkan tutorial pembuatan bom molotov di media sosial untuk digunakan saat aksi unjuk rasa.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, menjelaskan bahwa RAP bukan hanya membagikan cara pembuatan bom molotov, tetapi juga diduga berperan sebagai koordinator kurir yang menyiapkan titik-titik distribusi di lapangan. Informasi itu terungkap setelah polisi menemukan beberapa grup WhatsApp yang berisi ajakan dan panduan membuat bahan peledak rakitan.

Akibat perbuatannya, RAP kini sudah ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat dengan sejumlah pasal, mulai dari Pasal 160 KUHP, hingga UU ITE dan UU Perlindungan Anak. Polisi menyebut, penyidikan masih terus dilakukan secara intensif.

Jangan Mudah Terprovokasi

Kasus ini menjadi peringatan bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk tidak mudah terhasut ajakan yang berbau kekerasan dalam aksi unjuk rasa. Menyampaikan pendapat di muka umum memang dilindungi undang-undang, tetapi aksi harus tetap dilakukan secara damai, tertib, dan tidak melanggar hukum.

Di era digital, provokasi bisa dengan mudah menyebar melalui media sosial maupun grup percakapan. Masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi. Tidak semua ajakan yang beredar benar-benar mewakili aspirasi rakyat. Ada kemungkinan pihak-pihak tertentu sengaja memanfaatkan situasi untuk menciptakan kerusuhan.

Masyarakat Perlu Berpikir Jernih

Aksi demo seharusnya menjadi wadah menyampaikan suara, bukan ajang merusak fasilitas publik atau membahayakan orang lain. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk tetap berpikir jernih dan tidak serta-merta menilai semua aksi dengan kacamata negatif. Kritik boleh saja, tapi dilakukan dengan cara yang elegan, sehat, dan membangun.

Apalagi, provokasi melalui isu-isu sensitif seperti penggunaan bom molotov jelas berbahaya. Selain berpotensi menimbulkan korban, tindakan semacam itu justru akan merusak substansi perjuangan yang ingin disuarakan.

 Mari sama-sama lebih bijak dalam menyikapi aksi demo. Jangan mudah terprovokasi oleh informasi menyesatkan, tetap kritis, tetapi juga mengedepankan perdamaian dan akal sehat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline