Lihat ke Halaman Asli

Pro dan Kontra Keberadaan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender), dan Permasalahan Bias Gender

Diperbarui: 4 April 2017   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Budaya LGBT di Indonesia sudah tidak dapat dipungkiri keberadaannya lagi, bahkan kita sebagai masyarakat banyak yang memandang sebelah mata keberadaan para LGBT tersebut. Dalam essay saya kali ini, saya akan membahas mengapa hal yang yang menyebabkan para lesbian, gay, bahkan waria masih memberlakukan pekerjaan tersebut? apakah sering terjadi kekerasan dalam para perlesbian, gey bahkan waria sendiri.

 

Di Indonesia sendiri kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh seorang gay atau sejenisnya kepada pasangannya juga sering terjadi walaupun belum terbongkar secara vulgar atau terang-terangan keranah publik. Mereka semua ini yang melakukan perkerjaan seperti itu merupakan pola hidup dan lingkungan yang memaksa mereka untuk melakukan hal tersebut. bahwa sebenarnya mereka mencoba terlepas dari pribadi yang seharusnya menjadi diri mereka yang sempurna, karena mereka mencoba untuk menjadi diri bukan mereka, dalam kajian teori Sosiologi menurut teori Emile Durkheim yang menjekaskan fakta sosial, mereka melakukan fakta sosial yang ada pada diri mereka sehingga mereka yang melalukan hal itu mendapatkan sangki yang mereka terima akaibat mereka berbbuat fakta sosial yang bertentangan dengan yang ada pada masyarakat. Sehingga konsekkuensi yang mereka terima yaitu mendapatakan pengkucilan, caci maki, teralienasi oleh lingkungan kebanyakkan dari kita yang memberikan sangsi tanpa melihat latar balakang yang mereka lakkukan dan bagaimana cara utnuk kita dapat mengubah mereka menjadi apa yang sesungguhnhya pribadinya.

 

Dan dalam permasalahan bias gender yang ada dalam kehidupan yaitu, Definisi gender menurut Giddens, menyatakan bahwa konsep gender menyangkut "the psychological, social, and cultural differences between males and females" (perbedaan psikologis, sosial, dan budaya antara laki-laki dan perempuan). Semua teori perbedaan gender pasti berhadapan dengan masalah yang biasa nya disebut dengan ”argumen esensials” tesis bahwa perbedaan fundamental antara laki-laki dan perempuan tidak dapat diutak-atik lagi, bahwa tidak dapat di utak-atiknya perbedaan ini biasaanya dipandang sebagai dapat ditelusuri pada tiga faktor yaitu, biologi, kebutuhan intistitusional sosial laki-laki dan perempuan untuk menjalankan peran berbeda , khusus nya namun tidak semata-mata di dalam keluarga, dan kebutuhan eksistensial atau kebutuhan fenomologis manusia untuk menghasilkan “orang lain”sebagai proses definisi diri.

 

Masalah yang jamak terjadi di negara muslim adalah ketika perempuan tidak sejajar dengan laki-laki dan terbelakang seacara pendidikan maupun ekonomi. Budaya diskriminatif dan patriarki yang sangat kental terjadi di negara-negara muslim. Padahal Soekarno pernah berkata bahwa salah satu ciri bangsa yang maju adalah ketika posisi perempuan sejajar dengan laki-laki. Dan Indonesia termasuk negara muslim yang masih terjadi diskriminasi gender saat ini.

 

Hal yang tidak berbeda diterima bila sang pelaku kejahatan adalah seorang pelaku transgender. Contoh kasus Budi yang mengaku dirinya seorang perempuan, namun karena kelamin biologisnya laki-laki kemudain polisi memaksa Budi memakai baju laki-laki dan memotong rambutnya. Dalam kasus ini orientasi seksual Budi yang transgender adalah privasi Budi dan polisi tidak berhak mengubah apapun. Karena hal tersebut sistem hukum Indonesia, masih sangat bias gender sehingga merugikan orang-orang yang tidak mengikuti norma sosial hasil konstruksi masyarakat.

 

Oleh sebab itu secara tidak langsung budaya orang-orang yang seperti mereka adalah bagian dalam kehidupan kita, dan tidak dapat dipungkiri keberadaan mereka dalam kehidupan. Mereka tidak ingin menjadi seperti ini tetapi mereka seperti ini karena pengaruh dari linkungan dan dalam faktor internal yang ada dalam diri mereka.

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline