Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Aliem

ASN di Badan Pusat Statistik.

Belum Sanggup Sewa Asisten Rumah Tangga, Suami Wajib Bantu Istri

Diperbarui: 1 November 2020   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa bilang pekerjaan rumah tangga itu hanya tugas istri? 

Sejak bangun pagi, beberes rumah. Dimulai dari membersihkan tempat tidur. Meluas lagi seluruh kamar. Lalu melangkah ke ruangan lainnya. Tidak berhenti di situ, pekarangan pun memerlukan belaian sapu lidi, asiap. 

Tunggu dulu. Setelah bersih-bersih rumah, lanjut ke bagian dapur. Ini urusan perut. Sedikit berbahaya jika tak diurus secepat mungkin. 

Sudah selesai? Tentu saja belum. Masih ada keranjang yang berisi pakaian kotor menunggu dicuci. Untung saja kemajuan teknologi sudah berbaik hati. Ada mesin cuci, cukup tekan ini-itu. Nah, proses menjemur yang masih butuh tenaga ekstra.

Itu baru sekelumit pekerjaan rumah tangga. Dan jika belum sanggup mempekerjakan asisten, tentu itu semua lazimnya dilakukan oleh istri. 

Terbayang bagaimana lelahnya istri yang kita sayang. Wanita yang dibesarkan orangtuanya, yang mungkin hidup berkecukupan. Lalu kita jadikan pasangan hidup. Dan kita jadikan asisten rumah tangga sendiri? Alamak.

Sudah tak terbilang berapa kali saya mengikuti ceramah agama. Sang Ustad bilang jikalau pekerjaan rumah tangga itu juga tanggung jawab suami. Jika istri melakukannya, maka itu nilai tambah saja di luar kepatuhannya. 

Dan katanya, suami yang wajib menyiapkan itu semua. Termasuk menyewa seorang asisten rumah tangga jika tak sanggup melakukannya sendiri.

Sebenarnya saya juga ingin melakukannya, apa daya gaji sebagai seorang abdi negara belum bisa menjamin semua itu. Sesekali kita bantu saja istri di rumah. Memasak bersama. Atau minimal tugas saya ini : Belanja kebutuhan di pasar. Itu tugas wajib saya hampir setiap hari.

Soal tugas berbelanja itu, memang bukan lagi perkara baru. Sejak masih di bangku SD, Bapak sudah melatih saya untuk sering ke pasar sore, berbelanja ikan. 

Bukan itu saja, sejak itu pula saya sering membantu paman berjualan di pasar tradisional. Sehingga terbiasa perkara masuk pasar tradisional. Apalagi soal tawar-menawar harga. Jangan terlalu sadis!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline